Tuhan, jika saja aku terlahir tanpa tahu siapa Tuhanku,
Kurasa saat ini aku sudah berkali-kali balas menyakiti orang
yang telah benar-benar menyakitkanku.
Tuhan, jika saja aku tumbuh tanpa aturan agamaku,
Mungkin saja saat ini takkan ku biarkan tersenyum sedikitpun
orang yang membuat senyumku lenyap,
Tuhan, jika saja aku dibesarkan tanpa kasih sayang orangtua
ku,
Bisa saja saat ini aku telah mengutuk orang yang dengan
sengaja menghancurkan kasih sayang tulusku,
Namun,
Aku bersyukur lahir dan tahu, aku punya Tuhan,
Maka ketika aku merasa disakiti aku bercerita kepadaMu,
mereka (yg menyakitiku) hanya orang-orang yang kau siapkan untuk menguji
kesabaranku, untuk melihat sebagaimana aku mampu menyikapi, dan sebagai cara
agar aku lebih mengingat-Mu.
Aku bersyukur tumbuh dengan aturan agama,
Karena ketika ku telah lepas kesadaranku saat itu, ada satu
hal yang membuatku berhenti murka, meredakan amarah, yang aku yakin semua itu
bahkan akan lebih buruk jika aku mengikuti amarahku.
Aku bersyukur aku dibesarkan dengan kasih sayang orang
tuaku,
Karena ketika aku tak mendapatkan balas atas apa yang dengan
tulus aku berikan, aku teringat masih ada orang tua ku yang dengan rela tiap
hari setiap detiknya memberikan kasih sayang yang Cuma-cuna untukku dari ku
kecil hingga detik ini.
Namun atas semua kesadaran dan syukurku, jujur aku kecewa
Tuhan.
Mengapa ketika kebenaran harus dibalas dengan kebohongan,
Mengapa ketika kesetiaan harus dibayar pengkhianatan,
Mengapa ketika ketulusan harus diberi kedustaan,
Lalu, jika aku merasa seperti itu sekarang? Apa mereka (para
pendusta) itu tak bisa merasa sama seperti yang kurasa?
Hanya saja aku bingung,
Bahkan ketika aku sadar bahwa perasaan manusia itu sama,
Mengapa mereka tak kau hadiahkan lahirnya dengan perasaan
juga?
Apakah tak ada? Atau tak terpakai?
Benar, kurasa mereka biarkan perasaan mereka rusak tak
terpakai, Para perusak!
Jujur Tuhan, kali ini aku benar-benar lelah,
Lelah bersikap baik, lelah bersikap peduli, lelah memaafkan
mereka, para perusak itu.
Tapi, bahkan sampai saat ini ketika aku berkata lelah, di
hati kecilku masih tetap berharap mereka berubah untuk orang lain, menjadi
lebih baik.
Wajar tak wajar, bahkan aku sendiri bingung, aku lelah tapi
aku bahkan tak benci sedikitpun!
Tuhan, namun jika aku telah sampai disaat aku yang benar-benar lelah, ku
mohon tolong,
Ketika aku tak mau tahu lagi apa yang mereka perbuat,
Ketika aku tak peduli lagi, kau sadarkan mereka,
Beritahu pada mereka,
“jangan sengaja lari
untuk dikejar, karna bukan hanya yg mengejar bahkan yang berlari pun akan lelah
terus-terusan berlari”
“jangan sengaja
menjadi buruk untuk dibenci, karena bahkan hal yang indah sekalipun bisa
terlihat buruk jika telah membenci”
“menyimpan kebencian
dalam hati pada seseorang sama saja melukai diri sendiri lebih dalam dari pada
sakit yang ditinggalkan orang yang dibenci. Memaafkan bukan berarti membiarkan
diri disakiti, tetapi lebih dari itu, memaafkan adalah suatu sikap yang
menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang berhak merusak kebahagianmu”
“cinta itu bukan
seberapa sering kamu berkata kepadanya tentang cinta, tapi seberapa kamu berani
membuktikannya”
“cinta tak pernah
malu, tapi cinta boleh marah, namun cinta tak pernah kecewa, jika cinta telah
terlanjur jadi kecewa maka relakan, sesuatu yang kau anggap cinta itu akan
segera menghilang, maka jangan sekali-kali kau malu akan sesuatu yang kau
anggap cinta, marahlah untuk hal yang salah jika memang masih ada cinta, dan
berhentilah jika terus malu dan tak mampu lagi marah karena saat itu semua
terlewati, kau benar-benar telah kecewa”
Dan kini, aku telah benar-benar kecewa.