BAB I
RESUME MATERI
Jenis
Pengembangan Kurikulum
Dalam
kurikulum nasioal, semua program belajar sudah baku, dan siap untuk digunakan
oleh pendidikan atau guru. Kurikulum yang demikian sering bersifat resmi dan
dikenal dengan ideal curriculum, yakni kurikulum yang masih berbentuk
cita-cita. Kurikulum yang masih berbentuk cita-cita ini masih perlu
dikembangkan menjadi kurikulum yang berbentuk pelaksanaan, yang dilaksanakan
oleh pendidik dalam proses belajar mengajar.
Dalam
menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas organisatoris, yakni bentuk
penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Menurut Abdullah Idi dalam
bukunya “Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik”, ada tiga pola organisasi
kurikulum, yang dikenal juga dengan sebutan jenis-jenis kurikulum atau
tipe-tipe kurikulum. Jenis-jenis tersebut adalah:
1.
Separated
Subject Curriculum
Kurikulum ini
dipahami sebagai kurikulum mataplajaran yang terpisah satu sama lainnya.
kurikulum matapelajaran terpisah (separated subject curriculum) berarti
kurikulumnya dalam bentuk matapelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang
mempunyai keterkaitan dengan matapelajaran lainnya. konsekuensinya, anak didik
harus semakin banyak mengambil matapelajaran.
Kurikulum
matapelajaran dapat menetapkan syarat-syarat minimum yang harus dikuasai anak,
sehingga anak didik bisa naik kelas. Biasanya bahan pelajaran dan textboook merupakan
alat dan sumber utama pelajaran (Abdullah Idi, 2007: 142)
2.
Collerated
Curriculum
Kurikulum jenis
ini mengandung makna bahwa sejumlah matapelajaran dihubungkan antara yang satu
dengan yang lain, sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas.
3.
Broad
Fields Curriculum
Kurikulum Broad
Fields kadang-kadang disebut kurikulum fusi. Taylor dan Alexander
menyebutkan dengan sebutan The Broad Field of Subject Matter. Broad Field menghapuskan
batas-batas dan menyatukan matapelajaran (subject matter) yang
berhubungan erat.
Hilda taba
mengatakan bahwa The Broad Fields curriculum is essentially an effort to
automatization of curriculum by combining several specific areas large fields
(The broad fields curriculum adalah usaha meningkatkan kurikulum dengan
mengombinasikan beberapa matapelajaran) (Abdullah Idi, 2007: 144)
4.
Integrated
Curriculum
Kurikulum
terpadu (integrated curriculum) merupakan suatu produk dari usaha
pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi
diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan
solusiya degan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau matapelajaran.
Kurikulum jenis
ini membuka kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan kerja kelompok,
masyarakat dan lingkungan sebagai sumber belajar, mememntingkan perbedaan
individual anak didik, dan dalam perencanaan pelajaran siswa diikutsertakan.
Kurikulum terpadu sangat mengutamakan agar anak didik dapat memiliki sejumlah
pengetahuan secara fungsional dan mengutamakan proses belajarnya.
Yang
dimaksdukan cara memperoleh ilmu tersebut dikelompokkan berhubungan dengan
usaha memecahkan masalah yang ada. Sebagai contoh, dengan belajar membuat
radio, anak didik sekaligus mempelajari hal-hal lain yang berkaitan dengan
listrik, siara, penerimaan, dan sebagainya (Abdullah Idi, 2007: 147).
Berbeda
halnya seperti yang dikemukakan Sukmadinata, paling tidak terdapat empat jenis
kurikulum yang penting diketahui sebagai dasar melakukan pengembangan kurikulum
ke arah lebih baik dengan melihat perkembangan masyarakat yang semakin maju dan
kompleks.
1.
Kurikulum
Subjek Akademis
Jenis ini adlah
jenis tertua karena digunakan sejak sistem sekolah pertama sekali
diperkenalkan. Kurikulum ini berawal dari konsep pendidikan klasik seperti
perrenialisme dan essensialisme yang selalu berorientasi pada nilai-nilai masa
lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah upaya menguasai
ilmu sebanyak-banyaknya. Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu yang
berkembang.
Karena ini
jenis kurikulum ini lebih mementingkan pengetahuan, maka coraknya lebih
bersifat intelektual. Bahkan nama-nama yang tercantum dalam kurikulum hampir sama
dengan nama-nama disiplin keilmuan yag ada, seperti bahasa dan sastra,
geografi, matematika, ilmu kealaman, dna begitu seterusnya. (Abdurrahmansyah,
2009: 103)
2.
Kurikulum
Humanistik
Jenis kurikulum
ini perancangannya lebih berpusat pada siswa, karena itu sering disebut dengan learner
based curriculum dan memandang pengajaran lebih holistik di mana belajar di
fokuska dengan arah yang jelas untuk membantu pengembangan potensi peserta
didik secara utuh dan optimal.
Pengembangan
kurikulum ini menekankan pada pelayanan peserta didik menemukan makna dalam belajar
sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, serta mengakomodasi
kebutuhan pengembangan kemampuan, minat, bakat dan kebutuhan-kebutuhan khusus
peserta didik.
Pendekatana ini
mengedepankan model pembelajaran interdisipliner atau integrated curriculum yang
didasarkan pada psikologi humanistik di mana pengembangan individu sama
pentingnya dengan isi yang akan diajarkan.
3.
Jenis
Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum
rekonstruksi sosial berbeda dengan jenis kurikulum yang telah dibicarakan sebelumnya.
Kurikulum ini memusatkan perhatian pada problem sosial yang dihadapi
masyarakat. Dasar pemikiran kurikulum ini lebih dekat dengan alira
interaksional. Pandagan dasar jenis kurikulum ini adalah bahwa pendidikan
bukanlah urusan pribadi tetapi kerja kolektif dan urusan bersama yang
melibatkan guru, siswa, dan masyarakat.
4.
Jenis
Kurikulumm Teknologis
Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyakarat global menghendaki
adanya pola perkembangan teknologi. Untuk itu jenis pengembangan kurikulum yang
memperhatikan perkembangan teknologi penting untuk diapresiasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Separated Subject Curriculum
Kurikulum
matapelajaran dapat menetapkan syarat-syarat minimum yang harus dikuasai anak,
sehingga anak didik bisa naik kelas. Biasanya bahan pelajaran dan textbook merupakan
alat dan sumber utama pelajaran.
Kurikulum mata
pelajaran atau subject curriculum terdiri dari matapelajaran yang
terpisah-pisah, dan subject itu merupakan himpunan pengalaman dan
pengetahuan yang diorganisasikan secara logis dan sistematis oleh apra ahli
kurikulum (experts). Kalau kita lihat gambar berikut, dihadapkan akan
semakin jelas kurikulum matapelajaran.
|
|
|
Gambar 4. Separated
Subject Curriculum
Jika kita
perhatikan gambar diatas, akan tampak di benak kita bahwa kurikulum
matapelajaran ini menghendaki anak didik untuk mengambil matapelajaran yang
lebih banyak. Misalnya, dari gambar di atas, bahasa Arab matapelajaran khat,
imla’, qiraat, sharaf, nahwu, muhadatsah, dan balaghah.
2.
Collerated
Curriculum
Pada saat anak
didik mempelajari shalat, dapat dihubungkan dengan pelajaran Al-Quran dan
hadits yang berhubungan dengan shalat, dan lain sebagainya.
Soal
Shalat dibicarakan dalam pelajaran Fiqih
Atau
pelajaran Al-Quran
|
|
|
Soal
Pelajaran Ekonomi dibicarakan dalam Pelajaran
Sejarah
dan Ilmu Hewan
Masuh banyak
cara lain menghubungkan pelajaran dalam
kegiatan kurikulum. Kolerasi tersebut dengan memerhatikan tipe kolerasinya,
yakni:
a.
Kolerasi
okkasional/insidental. Maksudnya kolerasi dilaksanakan secara tiba-tiba
atau insidental.
b.
Kolerasi
etis, yang bertujuan mendidik budi pekerti sehingga keonsentrasi
pelajarannya dipilih pendidikan Agama.
c.
Kolerasi
sistematis, yang mana korelasi ini biasanya direncakan oleh guru.
3.
Broad
Fields Curriculum
William B.
Ragam mengungkapkan enam macam broas fields yang umumnya ditemukan di
dalam kurikulum sekolah dasar. Keenam broad fields itu adalah: bahasa,
Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Sains, Kesehatan dan Pendidikan Olahraga,
dan Kesenian.
Phenik mengemukakan
lima dasar logikanya yang kemudian menghasilkan lima broad fields berikut:
a.
Symblies:
Bahasa, Matematika, dan bentuk-bentuk Simbol Non Diskursif.
b.
Experics: IPA, Sains, Psilokogi, dan Ilmu-ilmu Sosial.
c.
Esthetics: Musik, Seni Lukis, Seni Gerak, Sastra, Agama, dan Lain sebagainya.
d.
Syuneetics: Filsafat, Psikologis, Sastra, Agama, dan lain sebagainya.
e.
Ethics: berbagai aspek moral dan tata adab.
Faududdin
& Karya mengemukakan tentang Kurikulum broad fields dalam kaitannya
dengan kurikulum di Indonesia. Dia menjelaskan tentang lima macam bidang studi
yang meganut broad fields, yaitu:
a.
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), merupakan peleburan dari mata pelajaran ilmu Alam, Ilmu
Hayat, Ilmu Kimia, dan Ilmu Kesehatan.
b.
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan peleburan dari mata pelajarann Ilmu Bumi,
Sejarah, Civic, Hukum, Ekonomi, dan sejenisnya.
c.
Bahasa,
merupakan peleburan dari matapelajaran Membaca, menulis, mengarang, menyimak,
dan pengetahuan bahasa.
d.
Matematika,
merupakan peleburan dari Berhitung, Aljabar, Ilmu Ukur Sudut, Bidang, Ruang,
dan Statistik.
e.
Kesenian,
merupakan peleburan dari seni tari, Seni Suara, Seni Klasik, Seni Pahat, dan
Drama. (Abdullah Idi, 2007: 146)
4.
Integrated
Curriculum
Integrated
curriculum mempunyai ciri
yang sangat fleksibel dan tidak menghendaki hasil belajar yang sama dari semua
anak didik. Guru, orangtua, dan anak didik merupakan komponen-komponen yang
bertanggung jawab dalam proses pengembangannya. Kurikulum ini
mengalami kesulitan-kesulitan bagi anak didik, terutama apabila
dipandnag dari ujia atau tes akhir atau tes masuk yang uniform.
Integrated
curriculum juga
mementingkan aspek-aspek psikologgi yang berpengaruh terhadap integrasi pribadi
individu dan lingkungannya. Kurikulum terpadu, menurut Soetopo & Soemanto,
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yakni:
a.
The
Child Centered Curriculum
Maksudnya adalah dalam perencanaan kurikulum, faktor anak menjadi
perhatian utama. John Dewey, pada sekolahnya di Universitas Chicago 1986,
menciptakan program dengan mengorganisasi pengalaman belajar anak yang berkisar
pada emapt pengaruh manusia, yakni: the social impulse, the constructive
impluse, the impluse to investigate and to experiment, dan the
expressive atau artistic impulse.
b.
The
Social Function Curriculum
Maksudnya adalah kurikulum ini mencoba mengeliminasi matapelajaran
sekolah dari keterpisahannya dengan fungsi-fungsi utama kehidupan sosial yang
menjadi dasar pengorganisasian pengalaman belajar.
c.
The
Experience Curriculum
Maksudnya adlh dalam perencanaan kurikulum, kebutuhan anak
merupakan perhatian utama. Kurikulum pengalaman akan terjadi jika hanya
mempertimbangkan keberadaan anak didik dengan menggunakan pendekatan social-fuction.
d.
Development
Activity Curriculum
Development activity curriculum, sangat
tergantung pada tingka perkembangan anak yang harus dilalui. Deretan tiap individu anak didik mesti
menjadi dasar pertimbangan, tentang kebutuhan, kebiasaan, dan masalah-masalah
yang dihadapi siswa yang berkaitan dengan kebudayaan dan lingkungan. Intinya, pengalaman
mereka mesti mendapat perhatian (Abdullah Idi, 2007: 149).
e.
Core
Curriculum
Istilah core curriculum merujuk pada suatu rencana yang
mengorganisasikan dan mengatur bagian terpenting dari program pendidikan umum
di sekolah. Faunce & Bossing mengistilahkan core curriculum dengan
merujuk pada pengalam belajar yang fundamental bagi peserta didik, karena
pengalaman belajar berasal dari: 1) kebutuhan atau dorongan secara individual
maupun secara umum; 2) kebutuhan secara sosial dan sebagai warga negara
masyarakat demokratis.
Alberty menggunakan core program untuk core curriculum dan
general education, yang digunakan secara simultan dalam pendidikan.
Alberty mengajukan enam jenis core program, yakni:
a.
Core
yang terdiri dari sejumlah matapelajaran yang diorganisasikan,
diajarkan secara bebas untuk menunjukkan hubungan masing-masing pelajaran
tersebut.
b.
Core
yang terdiri dar sejumah pelajaran yang dihubungkan antara satu
dengan yang lainnya.
c.
Core
yang terdiri dari masalah yang luas, unit kerja atau tema yang
disatukan, yang dipilih untuk menghasilkan arti mengajar secara tepat dan
efektif mengenai isi pelajaran tertentu.
d.
Core
yang menampakkan matapelajaran yang dilebur dan diintegrasikan.
e.
Core
yang merupakan masalah luas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
sosial, serta masalah minat anak.
f.
Core
merupakan unit kerja yang direncanakan oleh siswa dan guru untuk
memenuhi kebutuhan kelompok.
5. Kurikulum Subyek Akademik
Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik , yang berorientasi pada
masa lalu, isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu sesuai dengan
bidang disiplinnya para ahli , masing – masing telah mengembangkan ilmu secara
sistematis , logis , dan solid.
Model kurikulum ini adalah model yang tertua sejak sekolah yang pertama
berdiri, sampai sekarang walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya
sekolah tidak biasa melepaskan tipe ini. Mengapa demikian? Kurikulum ini sangat
praktis, mudah disusun, dan mudah digabungkan dengan tipe lain.
Para pengembang kurikulum tidak perlu susah menyusun dan mengembangkan
bahan sendiri. Mereka tinggal memilih materi ilmu yang telah dikembangkan para
ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan
tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Karena
kurikulum ini mengutamakan pengetahuan, maka pengetahuan lebih bersifat
intelektual. Nama-nama mata pelajaran hampir sama dengan disiplin ilmu, seperti
bahasa dan sastra, matematika, sejara, dan sebagainya.
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subyek akademis :
a.
Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan, murid–murid belajar bagaimana
memperoleh dan menguji fakta–fakta dan buka sekedar mengingat–ingatnya.
b.
Studi yang bersifat integratif ini merupakan respon terhadap perkembangan
masyarakat yang menuntut model–model pengetahuan yang lebih
komprehensif–terpadu.
c.
Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah fundamentalis. Mereka tetap
mengajar berdasar mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan
memecahkan masalah matematis. Pelajaran yang lain dipelajari tanpa dihubungkan
dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam kehidup
Ciri – ciri Kurikulum Subyek Akademis
a.
Berl)kenaan dengan tujuan , metode , organisasi isi dan evaluasi
b.
Metode yang digunakan , ekpositori dan enquiri
c.
Organisasi isi antara lain:
1)
Correlated curriculum
2)
Unified atau Concentrated curriculum
3)
Integrated curriculum
4)
Problem Solving curriculum
5)
Evaluasi bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. (Http://suanti-mamonto.blogspot.com/2012/06/macam-macam-model-kurikulum-dan-konsep.html)
6. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik.
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey
(progressive education) dan J.J Rousseau (romantic education). Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak
atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa
siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih
menentukan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru. Pendidikan
humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana yang permisif, rilek, dan akrab. Berkat situasi tersebut
anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa, bagaimana
merasakan dan bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas
kesadaran sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari linkungan.
Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistic yaitu pendidikan:
konfluen, kritikilisme radikal, dan minikisme modern.
Terdapat beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik, antara
lain :
a.
Konfluen, menekankan keutuhan pribadi. Individu merespon secara utuh
(pikiran, perasaan, tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari
lingkungan. Kurikulum Konfluen, menyatukan segi–segi afektif dengan segi–segi
kognitif.
b.
Kritikisme Radikal, bersumber dari aliran Naturalisme/Romantisme Rousseau.
c.
Mistikisme Modern, menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan,
kehalusan budi pekerti melalui sensitivity traning, yoga, dan sebagainya.
Beberapa ciri kurikulum konfluen :
a.
Partisipasi
b.
Integrasi
c.
Relevansi
d.
Pribadi Anak
e.
Tujuan
Karakteristik Kurikulum Humanistik :
a.
Berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi
b.
Menuntut hubungan yang emosional yang baik antara guru dan murid
c.
Menekankan integrasi
d.
Evaluasi, lebih mengutamakan proses daripada hasil.
(Http://suanti-mamonto.blogspot.com/2012/06/macam-macam-model-kurikulum-dan-konsep.htm)
7. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan yang lainnya. Kurikilum ini
lebih memusatkan pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat.
Kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi,
kerjasama. Kerjasama interaksi tidak hanya terjadi pada siswa maupun dengan guru,
tetapi juga antara siswa dengan siswi, antara siswa dengan lingkungan
sekitarnya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui kerjasama ini diharapkan
siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam masyarakat
menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sejak 1920-an.
Hrold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi
kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa
dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial.
Di bawah ini ada beberapa desain kurikulum rekonstruksi sosial yaitu,
antara lain:
a.
Asumsi, menghadapkan siswa pada tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang
dihadapi manusia. Tantangan tersebut perlu didekati dari bidang–bidang
seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, dll. Hal ini dapat dikaji dalam
kurikulum.
b.
Masalah–masalah sosial yang mendesak.
c.
Pola–pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola oragnisasi
disusun seperti sebuah roda, ditengah sebagai poros masalah yang menjadi tema
utama, di bahas secara pleno.
Komponen–komponen kurikulum,
yaitu:
1)
Tujuan dan isi kurikulum
2)
Metode
3)
Evaluasi
Sedangkan “pelaksanaan pengajaran rekonstruksi sosial”, yaitu
“rekonstruksi sosial” banyak dilaksanakan didaerah yang belum maju dan tingkat
ekonominya masih rendah. Pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondidi
kehidupan mereka sesuai potensi yang ada dalam masyarakat , biaya dari pemerintah.
8.
Teknologi dan Kurikulum
Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dibidang pendidikan berkembang juga teknologi
pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu
menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan
pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi
yang lebih besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit dan ahirnya
menjadi prilaku-prilaku yang dapat diamati atau diukur.
Pengembangan kurikulum teknologi
memiliki beberapa kriteria, yaitu:
a.
Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembangan
kurikulum yang lain.
b.
Hasil pengembangan kurikulum yang berbetuk model harus diuji coba ulang dan
memberikan hasil yang lebih baik. (Abdurahmansyah, 2008: 108)
Penerapan teknologi dalam bidang
pendidikan khususnya kurikulum ada dalam dua bentuk, yaitu perangkat lunak (software)
dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras
dikenal dengan teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan
teknologi perangkat lunak dikenal dengan teknologi sistem (system tecnoligy).
Penerapan teknologi dalam bidang
pendidikan, khusunya kurikulum dalam 2 bentuk yaitu :
a.
Perangkat lunak, disebut teknologi sistem.
Pada bentuk ini pengajaran tidak
membutuhkan alat dan media yang canggih , tetapi bahan ajar dan proses
pembelajaran disusun secara sistem , alat dan media disesuaikan tetapi tidak
terlalu dipentingkan
b.
Perangkat keras, disebut teknologi alat.
Pengajaran disusun secara sistem,
dan ditunjang dengan alat dan media pembelajaran. Alat dan media belum
terintegrasi dengan progam pembelajaran , bersifat “ on – off “
Bentuk lain yang ditawarkan selain 2 poin diatas adalah progam pengajaran
telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan pembelajaran dengan alat
dan media, misal dalam bentuk kaset audio, video atau film, atau diprogamkan
dalam komputer.
Ada beberapa ciri kurikulum teknologi :
a.
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam perilaku.
b.
Metode, langkah–langkahnya sebagai berikut:
1)
Penegasan tujuan
2)
Pelaksanaan pengajaran
3)
Pengetahuan tentang hasil
4)
Organisasi bahan ajar
5)
Evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmansyah. 2007. Teori Pengembangan Kurikulum dan
Aplikasi. Palembang: CV. Grafika Telindo.
-----------------------. 2008. Teori Pengembangan Kurikulum dan
Aplikasi. Palembang: CV. Grafika Telindo.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktik).
Yogyakarta: AR-RUZZ Media.
Http://suanti-mamonto.blogspot.com/2012/06/macam-macam-model-kurikulum-dan-konsep.html, diakses pada 14 April 2013,
pukul 18:32 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar