BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bagi seorang siswa, nilai merupakan
sesuatu yang sangat penting karena nilai merupakan cermin dari keberhasilan
belajar. Namun, bukan hanya siswa sendiri saja yang memerlukan cermin
keberhasilan belajar, guru dan orang lainpun memerlukannya.
Tidak ada tujuan yang lebih penting
dalam proses belajar-mengajar kecuali mengusahakan agar perkembangan dan
belajar siswa mencapai tingkat optimal. Pemberian nilai merupakan salah satu
cara dalam usaha ke arah tujuan itu, asal dilakukan dengan hati-hati dan
bijaksana.
Pemberian nilai merupakan suatu
pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan suatu balikan (feed back/umpan
balik) yang mencerminkan seberapa jauh seorang siswa telah mencapai tujuan yang
ditetapkan dalam pengajaran atau sistem instruksional.
Nilai rendah yang diperoleh oleh
seorang atau beberapa siswa, jika disajikan dalam keadaaan yang terperinci akan
dapat membantu siswa dalam usaha memperbaiki dan memberi motivasi peningkatan
prestasi berikutnya. Bagi pengelola pengajaran, sajian terperinci nilai siswa dapat
berfungsi menunjukkan bagian-bagian proses pengajaran mana yang perlu
diperbaiki.[1]
Namun untuk dapat memberikan nilai
kepada peserta didik, seorang guru harus melakukan evaluasi dan penilaian
terlebih dahulu kepada setiap peserta didik. Evaluasi berarti kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument
dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh
kesimpulan.[2]
Evaluasi berhubungan dengan
pengukuran. Evaluasi juga mencakup penilaian tentang apa yang baik. Dengan
demikian, hasil pengukuran yang benar merupakan dasar yang kokoh untuk melakukan
penilaian. Sumarno, dkk (2003:1) mengemukakan bahwa assessment (penilaian
hasil belajar) adalah suatu proses sistematik untuk pencapaian hasil belajar
peserta didik.[3]
Depdikbud (sekarang Kemendikbud) (1994) mengemukakan “penilaian adalah suatu
kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.[4]
Untuk memperoleh informasi dan untuk
mendapatkan hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh peserta didik, proses
evaluasi dan penilaian haruslah dilaksanakan oleh tenaga pendidik. Maka dari
itu dari uraian di atas, dalam makalah kali ini akan dibahas tentang: “Teknik
Evaluasi dan Teknik Penilaian Hasil Belajar”.
B.
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan
dalam makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan Teknik?
2.
Apa
sajakah yang termasuk Teknik Evaluasi?
3.
Apa
sajakah yang termasuk Teknik Penilaian Hasil Belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teknik Evaluasi
Istilah
“teknik-teknik” dapat diartikan sebagai “alat-alat”. Jadi dalam istilah
“teknik-teknik evaluasi hasil belajar” terkandung arti alat-alat (yang
dipergunakan dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar.
Dalam
konteks evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah, dikenal adanya dua macam
teknik, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Dengan teknik tes, maka evaluasi
hasil proses pembelajaran di sekolah itu dilakukan dengan jalan menguji peserta
didik. Sebaliknya, dengan teknik nontes maka evaluasi dilakukan tanpa menguji
peserta didik.
Dalam
pelaksanaannya, evaluasi dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu: teknik tes dan
non-tes.
1.
Teknik
tes
Teknik
tes dapat berbentuk:
a.
Tes
tertulis;
b.
Tes
lisan; dan
c.
Tes
perbuatan.
2.
Teknik
non-tes
a.
Angket;
b.
Wawancara/interviu;
c.
Observasi;
d.
Kuesioner
atau inventori.[5]
1.
Teknik
Tes
Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk
mengukur tanah. Dalam bahasa perancis kuno, kata tes berarti ukuran yang
dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya tes
adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan
kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.[6]
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a.
Sebagai
alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik seteah
mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b.
Sebagai
alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tesebut akan
dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan,
telah dapat dicapai.[7]
Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat
pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi enam
golongan, yaitu:
a.
Tes Seleksi
(al-Imtihan al-Intikhabiy)
Tes
seleksi sering dikenal dengan istilah “Ujian Saringan” atau “Ujian Masuk”. Tes
ini dilaksanakan dalam rangka penerimaann calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan
untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak
calon yang mengikuti tes.
b.
Tes Awal
(al-Imtihan al-Mabda’iy)
Tes
awal sering dkenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejuh manakan materi atau bahan pelajaran yang
akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi tes awal adalah
tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik.
Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudh-mudah.
c.
Tes
Akhir (al-Imtihan al-Niha’iy)
Tes
akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong
penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Isi
atau materi tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting,
yang telah diajarkan kepada peserta didik.[8]
d.
Tes
Diagnostik (al-Imtihan al-Fahshiy)
Tes
diagnostik (diagnostic test) adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan
tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu. Materi yang ditanyakan dalam ditanyakan dalam tes
diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau
menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan
dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
e.
Tes
Formatif (al-Imtihan al-Yaumiy)
Tes
formatf (formative test) adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui, sudah sejauh manakan peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Materi dari tes
formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan program pelajaran atau
subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan.
Tindak
lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah:
1)
Jika
materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran
dilanjutkan dengan pokok bahasan.
2)
Jika
ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok
bahasan baru terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang
belum dikuasai oleh peserta didik.
Dilihat dari segi aspek kejiawaan yang ingin diungkap, tes
setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:[9]
a.
Tes
Intelegensi (intellegency test)
Yakni
tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan atau mengetahui
tingkat kecerdasan seseorang.
b.
Tes
Kemampuan (aptitude test)
Yaitu
tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat
khusus yang dimiliki testee.
c.
Tes
Sikap (attitude test)
Yakni
salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
d.
Tes
Kepribadian (personality test)
Yakni
tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang
yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian,
nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.
e.
Tes
Hasil Belajar
Tes
ini juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievement test),
yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian belajar atau
prestasi belajar.
Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a.
Tes
Individual (individual test),
Yaitu
tes di mana testee hanya berhadapan dengan satu orang testee saja.
b.
Tes
Kelompok (group test)
Yaitu
tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk
menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:[10]
a.
Power
Test
Yaitu
tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut
tidak dibatasi
b.
Speed
Test
Yaitu
tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut
dibatasi.
Dilihat dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
a.
Verbal
Test
Yaitu
suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang daam bentuk kata-kata
atau kalimat, baik secra lisan maupun tertulis.
b.
Nonverbal
Test
Yaitu
tes yang menghendaki respon (jawban) dari testee bukan berupa kata-kata atau
kalimat melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang
dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan
tertentu.
Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:[11]
a.
Tes
Tertulis (pencil and paper test)
Yakni
tes di mana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara
tertulis.
b.
Tes
Lisan (nonpencil and paper test)
Yaitu
tes di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
Penyusunan tes hendaknya berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut:[12]
a.
Tes harus
tertuju untuk menilai hanya tujuan yang telah dirumuskan. Tekanan harus lebih
besar pada tujuan-tujuan yang lebih penting.
b.
Jenis
pertanyaan harus khusus dan sesuai dengan tujuan yang spesifik dan perlu
memperhatikan tingkat kesulitan tes agar sesuai dengan kemampuan murid.
c.
Pertanyaan
dalam tes hendaknya dirumuskan sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti oleh
murid untuk diberikan jawaban atau untuk dipecahkan.
d.
Pertanyaan-pertanyaan
haruslah sanggup membedakan antara murid yang telah mencapai tujuan dan yang
belum.
e.
Organisasi
tes itu harus sedemikian rupa sehingga murid-murid dapat segera melihat apa
yang perlu diperbuatnya serta bagaimana cara membuatnya. Dapat dilengkapi
dengan penginderaan melalui pendengaran dalam tes lisan tentang subjek yang sama.
f.
Tidak
perlu mengerjakan tulisan dan membuat paper, jadi ebih meringankan guru.
g.
Guru
tidak perlu memeriksa pekerjaan tertulis, jadi lebih meringakan guru.
Tetapi sebagai alat penilaian, tes tertulis dalam beberapa hal
lebih dapat dipertanggungjawabkan, jika dibanding dengan tes lisan.[13]
a.
Semua
murid menjawab sejumlah daftar pertanyaan yang sama, guru akan mempunyai dasar
yang jelas untuk memperbandingkan hasil-hasil tes murid.
b.
Jawaban-jawaban
tertulis atas pertanyaan-pertanyaan tertulis, dapat dinilai lebih objektif
daripada jawaban-jawaban lisan.
c.
Dengan
tes objektif tertulis, setiap murid dapat menjawab sejumlah besar pertanyaan di
dalam suatu jangka waktu tertentu di dalam kelas.
Menurut
Daryanto, jika ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka tes
dibedakan atas tiga macam, yaitu:[14]
a.
Tes
Diagnostik
Seorang
guru yang baikm tentu akan merasa berbahagia apabla dapat membantu siswanya
sehingga dapat mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Sebelum dapat memberikan bantuan dengan tepat, guru harus mengadakan
tes yang maksudnya mengadakan diagnosis. Tes ini disebut tes diagnostik.
Tes
diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian
perlakuan yang tepat.
b.
Tes
Formatif
Dari
arti kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka
evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukanya seperti
ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir
pelajaran evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap
program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
Manfaat
tes formatif bagi siswa:
1)
Digunakan
untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
2)
Merupakan
penguatan (reinforcement) bagi siswa.
3)
Usaha
perbaikan.
4)
Sebagai
diagnosis.
Manfaat tes formatif bagi guru:
1)
Mengetahui
sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
2)
Mengetahui
bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.
3)
Dapat
meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
c.
Tes
Sumatif
Evaluasi
sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok
program atau sebuah program yang lebih besar.
Ada beberapa manfaat tes sumatif, di antaranya yang terpenting adalah:[15]
1)
Untuk
menentukan nilai.
2)
Untuk
menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima
program berikutnya.
3)
Untuk
mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi:
-
Orang
tua siswa
-
Pihak
bimbingan dan penyuluhan di sekolah
-
Pihak-pihak
lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan
belajar atau akan memasuki lapangan kerja.
2.
Teknik
Non Tes
Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
a.
Skala
Bertingkat (rating scale)
Skala
menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppeheim mengatakan: “Rating gives a numerical value
to some kind of judgement”, maka suatu skala disajkan dalam bentuk angka.
Biasanya
angka-angka yang digunakan diterangkan pada skala dengan jarak yang sama.
Meletakkannya secara bertingkat dari rendah ke yang tinggi. Dengan demikian
maka skala ini dinamakan skala bertingkat.
Kita
dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar
pencatatannya dapat objektif, maka penilaian terhadap penampilan atau
penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.[16]
b.
Kuesioner
(questionare)
Kuesioner
juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan
yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Macam-macam
kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:
1)
Ditinjau
dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
-
Kuesioner
langsung
Kuesioner
dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh
orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
-
Kuesioner
tidak langsung
Kuesioner
tidak langsung adalah kuesioner yang diminta dan diisi oleh bukan orang yang
diminta keterangannya.
2)
Ditinjau
dari segi cara menjawab:
Ditinjau
dari segi cara menjawabnya maka dibedakan atas:
-
Kuesioner
tertutup
Kuesioner
tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
langkah sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
-
Kuesioner
terbuka
Kuesioner
terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikan rupa sehingga para pengisi
bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban
pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beranekaragam.[17]
c.
Daftar
Cocok (check list)
Yang
dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pernyataan
(yang biasanya disingkat-singkat), di mana responden yang dievaluasi tinggal
membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan.
Ada
pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala bertigkat dapat digolongkan ke
dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga diminta untuk
memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.
d.
Wawancara
(interview)
Wawancara
atau interviu adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu:
1)
Interviu
bebas, di mana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya,
tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
2)
Interviu
terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
e.
Pengamatan
(observation)
Pengamatan
atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 macam
observasi:[18]
1)
Observasi
partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu
pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
2)
Observasi
sistematik, yaitu observasi di mana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar
secara sistematis, dan sudah diatur menurut kategorinya.
3)
Observasi
eksperimental. Observasi ini terjaadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam
kelompok.
f.
Riwayat
Hidup
Riwayat hidup
adalah gambaran tentang keadaan seorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan
mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai.[19]
B.
Teknik Penilaian Hasil Belajar
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer
(saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian
yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, dan penugasan yang
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.[20]
1. Tes
Tes
adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah.
Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.
a) Tes tertulis
Tes
tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis
berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi
pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya
berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian.
b) Tes lisan
Tes
lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka)
antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara
lisan.
c) Tes praktik (kinerja)
Tes praktik
(kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/
mendemonstasikan / menampilkan keterampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan
melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian,
ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Sedangkan ujian terdiri
atas ujian nasional dan ujian sekolah.
Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk
melakukan perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan
belajar peserta didik. Macam-macam ulangan adalah sebagai berikut:
a)
Ulangan
harian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.
b)
Ulangan
tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan
pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
c)
Ulangan
akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan ulangan akhir
semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada
semester tersebut.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Macam-macam ujian adalah sebagai
berikut :
a.
Ujian
sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi
belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.
Mata pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaran pada
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada
ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian.
b.
Ujian
nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada
beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
2.
Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas
kepada peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Penilaian
penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio,
projek, dan/atau produk.
a.
Portofolio
adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu
yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,perkembangan prestasi, dan
kreativitas peserta didik (Popham, 1999).
b.
Projek
adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian,
dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek
dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
c.
Produk
(hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu
hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses
pembuatan, dan hasil.
3.
Observasi
Observasi adalah penilaian yang dilakukan
melalui pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung
dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan
data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan
dapat dilakukan baik secara formal maupun informal.[21]
Contoh Pedoman Observasi
Mata Pelajaran : Sains
Konsep/Subkonsep : 1.1 Vegetatif Buatan
1.1.1. Mencangkok
Kelas : V
Hari/tanggal : Minggu, 11 Juli 2011
Jampel ke- : 1
Nama Siswa : Ali
NO
|
KEGIATAN/ASPEK YANG DINILAI
|
NILAI
|
KET
|
1
|
Langkah persiapan (penyiapan alat dan bahan)
|
….
|
|
2
|
Cara mengelupas kulit bagian luar
|
….
|
|
3
|
Cara mengelupas kulit bagian dalam
|
….
|
|
4
|
Cara membersihkan getah/lendir
|
….
|
|
5
|
Cara menaburkan tanah
|
….
|
|
6
|
Cara membungkus dan mengikat
|
….
|
|
Jumlah
|
….
|
||
Rata-rata
|
….
|
Catatan: >> Pemberian nilai dapat menggunakan angka
1 – 10atau A, B, C, D[22]
Menurut Kunandar, dalam bukunya “Guru
Profesional Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses
dalam Sertifikasi Guru” beragam teknik
dapat dilakukan untuk mengumpulka informasi tentang kemajuan belajar peserta
didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil beajar. Teknik
mengumpulka informasi tersebut pada prinsipnya adlaah cara penilaian kemajuan
belajar peserta didik berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi
yang memuat satu ranah atau lebih. Dengan indikator-indikator pencapaian
kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Dengan indikator-indikator ini,
dapat ditentukan penilaian yang sesuai. Untuk itu, ada tujuh teknik yang dapat
digunakan, yaitu penilaian untuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis,
penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.[23]
1.
Penilaian
Untuk Kerja atau Perbuatan (Performance Test)
Penilaian
perbuatan atau untuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang
secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi
tentang bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan muncul dalam diri siswa
(keterampilan).
Penilaian
perbuatan atau untuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan
untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan
untuk kerja.
Penilaian
untuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal tersebut:
a.
Langkah-langkah
kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari
suatu kompetensi;
b.
Kelengkapan
dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut;
c.
Kemampuan-kemampuan
khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas;
d.
Upayakan
kemampuan yang akan dinilai tidak telalu banyak, sehingga semua dapat diamati;
e.
Kemampuan
yang akan dinilai durutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
Ada dua hal yang berkaitan dengan
penilaian untuk kerja, yaitu:
a.
Keterampilan
(skill)
b.
Kinerja
(performance)
Kelebihan penilaian perbuatan atau
untuk kerja adalah:
a.
Dapat
menilai komptensi yang berupa keterapilan;
b.
Dapat
digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan mengenai teori dan keterampilan
di dalam praktik sehingga informasi penilaian menjadi lengkap;
c.
Dalam
pelaksanaan tidak ada peluang siswa menyontek;
d.
Guru
dapat mengenal lebih dalam lagi tentang karakteristik masing-masing siswa.
2.
Penilaian
Sikap
Sikap
berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait denngan
kecenderungan ertindak seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga
merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang.
Sikap
terdiri dari tiga komponen, yakni komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konotatif. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Sikap
terhadap materi pelajaran
b.
Sikap
terhadap guru/pengajar
c.
Sikap
terhadap proses pembelajaran
d.
Sikap
yang berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan
suat materi pelajaran
e.
Sikap
berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata
pelajaran.
Penilaian sikap dapat dilakuak
dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat
diuraikan sebagai berikut:
a.
Observasi
perilaku
Perilaku
seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya
yang senang kepada kopi.
b.
Pertanyaan
langsung
Kita
juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan
sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapa peserta didik tentang kebijakan yang
baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan
jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam meberi jawaban dapat dipahami sikap
peserta didik tu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di
sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik dalam menilai sikap dan membina
peserta didik.[24]
c.
Laporan
pribadi
Melalui
penggunaan teknik ini disekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang
berisi padangan atau tanggapannnya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal
yang menjadi objek sikap.
3.
Penilaian
Tertulis
Penilaian
secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes yang
soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didiknya dalam berbentuk
tulisan. Dalam menjawab, peserta didik tidak selalu merespons dalam bentuk
menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi
tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya.
Ada
dua bentuk soal tes tertulis, yaitu sebagai berikut:
a.
Soal
dengan memilih jawaban
1)
Pilihan
ganda
2)
Dua
pilihan (benar-salah, ya-tidak)
3)
Menjodohkan
b.
Soal
dengan menyuplai-jawaban
1)
Isian
atau melengkapi
2)
Jawaban
singkat atau pokok
3)
Soal
uraian
Tes tertulis
bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut pesera didik untuk mengingat,
memahami, dan mengorganisaikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari,
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan-gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Dalam menyusun
soal-soal tes dalam bentuk uraian hendaknya diperhatikan kaidahh sebagai
berkut:
a.
Batasi
ruang lingkup materi dengan memilih materi/bahan pelajaran yang sesensial yang
dapat mewakili materi lainya.
b.
Gunakan
bahasa yang baik dan benar sehingga mudah dipahami dan dimengerti siswa.
c.
Jangan
mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama.
d.
Tuliskan
jawaban (kunci) yang ideal sebelum menulis soal.
e.
Gunakan
kata-kata kerja.
f.
Tuliskanlah
skor untuk masing-masng soal bagi jawaban yang benar.
Dalam menyusun
instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:[25]
a.
Materi
b.
Konstruksi
c.
Bahasa
4.
Penilaian
Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya
untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertetu, kemampuan
peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu,
dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan subjek tertentu secara
jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan sebagai berikut:
a.
Kemampuan
pengelolaan
b.
Relevansi
c.
Keaslian
Penilaian ini
dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama pengerjaan tugas, dan terhadap
hasil proyek. Pelaksanaan penilaian ini dapat menggunakan alat/instrumen
penilaian berupa daftar cek ataupun skala rentang.[26]
5.
Penilaian
Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam
membuat suatu produk dan kualiatas produk tersebut. Penilaian produk tidak
hanya diperoleh dari hasil akhir, tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian
produk meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni.
Penilaian produk meliputi tiga tahap dan dalam setiap tahapan perlu
diadakan penilaian yaitu sebagai berikut:
a.
Tahap
persiapan
b.
Tahap
pembuatan (produk)
c.
Tahap
penilaian (appraisal)
6.
Penilaian
Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik
tersebut dapat berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya.
Portofolio merupakan kumpulan bahan pilihan yang memberikan
informasi bagi suatu peilaian kinerja secara objektif sesuai degan tujuan
pengajaran yang ada dalam kurikulm atau sesuai dengan persyaratan yang ada
dalam kurikulum atau sesuai dengan persyaratan kualitas yang ditentukan.
Hal-hal yang perlu dperhatikan dan dijadikan pedoman dalam
penggunaan portofolio di sekolah, antara lain sebagai berikut:
a.
Saling
percaya antara guru dan peserta didik
b.
Keserasian
bersama antara guru dan peserta didik
c.
Milik
bersama (join ownership) antara peserta didik dan guru
d.
Kepuasan
e.
Kesesuaian
f.
Penilaian
proses dan hasil
g.
Penilaian
dan pembelajaran.
Teknik
penilaian portofolio di dalam kelas
memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:[27]
a.
Jelaskan
kepada peserta didik maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata
merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk
penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri.
b.
Tentukan
bersama peserta didik contoh-contoh portofolio apa saja yang akan dibuat.
c.
Kumpulkan
dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder.
d.
Berilah
tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik.
e.
Tentukan
kriteria penilaian contoh-contoh portofolio pesera didik beserta pembobotannya
bersama peserta didik agar dicapai kesepakatan.
f.
Mintalah
peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
g.
Setelah
suatu karya dinilai dan ternyata nilaiya belum memuaskan, kepada peserta didik
dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi.
h.
Bila
perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio.[28]
7.
Penilaian
Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik
penilaian, dimana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek
penilaian, yang berkaiatan dengan kompetensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan dengan
cara yang objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta ddiik di kelas
perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menentukan
kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai;
b.
Menentukan
kriteria penilaian yang akan digunakan;
c.
Merumuskan
format penilaian;
d.
Meminta
peserta didik untuk melakukan penilian diri;
e.
Guru
mengkaji sampel hasil penilaian secara acak;
f.
Menyampaikan
umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil
penilaian yang diambil secara acak.[29]
Penilaian Terhadap Suatu Tes
Pengukuran terhadap perilaku atau tingah laku siswa dilakukan, baik selama
berlangsungnya proses pengajaran maupun pada akhir pengajaran. Pengukuran yang
dilakukan selama dalam proses pengajaran dimaksudkan untuk mengukur tingkah
laku yang harus diperoleh pada tingkat struktur belajar yang terendah (auxiliary
performance). Sedangkan pengukuran yang dilaksanakan pada akhir pengajaran
dimaksudkan untuk mengukur tingkah laku terminal yang harus diperoleh pada
struktur belajar tertinggi.
Jadi pengukuran dan penilaian itu
dapat diselenggarakan setiap waktu, baik sepanjang proses pelaajaran maupun
pada akhir pengajaran; baik setelah mempelajari suatu unit pelajaran maupun
pada waktu mempelajari suatu kerangka pengajaran.
Ukuran-ukuran Untuk Menafsirkan Skor Tes
Ukuran-ukuran yang digunakan untuk
menafsirkan tes terdiri dari: ukuran absolut, ukuran relatif, dan ukuran yan
berbetuk kriteria. Ketiga jennis ukuran ini masing-masing memiliki ciri-cirinya
sendiri, perbedaan itu diperlukan sehubungan dengn penggunaan setiap ukuran
pada tes-tes.[30]
Ukuran absolut dan ukuran kriteria
menentukan ketetapan banyaknya unit pelajaran atau kemampuan yang diharapkan
tercapai oleh siswa. berdassarkn prestasinya dapat ditentukan apakah seorang
siswa dapat maju ke unit pelajaran berikutnya atau tidak.
Suatu tes yang menggunakan ukuran
ini akan memberikan keterangan yang eksplisit tentang apa yang dapat diperbuat
atau tidak dapat diperbuat oleh siswa. jadi seorang siswa dapat maju dengan
unit pelajaran berikutnya setelah dia mencapai perilaku yang spesifik
sebelumnya.
Ukuran relatif meperbandingkan
perilaku seorang siswa denan para siswa lainnya dalam kelompok yang sama.
Tes-tes yang berdasarkan pada ukuran relatif akan menjelaskan kepada kita
apakah seseorang ssiwa telah lebih menguasai atau kurang menguasai suatu unit
pelajaran dibandingkan dengan para siswa lainnya. penguasaan siswa tersebut
tidak didasarkan pada ukuraan yang spesifik.
Penggunaan ukuran spesifik memiliki
kepentingan dari segi hasil instruksional yakni:
1.
Ukuran
tersebut pada hakekatnya adalah ukuran (standar) tingkah laku yang harus
dicapai atau dpenuhi oleh setiap siswa, yang sekaligus merupakan ukuran
diterima tidaknya suatu tingka laku ditilk dari tujuan-tujuan instruksional.
Pencapaian ukuran tersebut merupakann prerekuisit dan sebaagai persyaratan
untuk menuju kepencapaian tujuan-tujuan instruksional berikutnya dan
bahan-bahan pengajaran selanjutnya.
2.
Semua
siswa harus mencapai ukuran-ukuran tersebut dalam semua tujuan yang hendak
dicapai, bukan hanya satu tujuan saja.
3.
Penggunaan
ukuran-ukuran yang spesifik itu akan merubah cara-cara konvensional dalam
konstruksi tes.
Ketiga jenis ukuran di atas
masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri serta aplikasinya.[31]
Standar untuk Menilai Evaluasi
Akhir-akhir ini telah dicoba
pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi pendidikan. Standar yang paling
komprehensif dan rinci dikembangkan oleh Commitee on Standard for
Educational Evaluation dengan ketuanya Daniel Stufflebean, yaitu:
1.
Utility
(bermanfaat dan praktis)
2.
Accuracy
(secara teknik tepat)
3.
Fasibility
(realistik dan teliti)
4.
Proppriety
(dilakukan dengan legal dan etik).
Lee J. Cronbach mengatakan bahwa standar yang digunakan untuk
melakukan evaluasi ungkin tak sepenting konsekuensinya. Ia mengatakan evaluasi
yang baik adalah yang memberikan dampak yang positif pada perkembangan program.[32]
Faktor-faktor yang Turut Diperhitungkan dalam Penilaian
Walaupun hal yang dinilai tidak sama
bagi setiap sekolah, namun secara garis besar dapat ditentukan unsur umum
penilaian yang menyangkut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan.
Unsur umum tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Prestasi/pencapaian
(achievement)
Nilai
prestasi harus mencerminkan tingkatan-timgkatan siswa sejauh mana telah dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi.
2.
Usaha
(effort)
Terpisah
dan nilai prestasi, guru dapat menyampaikan laporannya kepada orang tua siswa.
Laporan atau nilai tidak boleh dicampuri dengan nilai prestasi sama sekali.
Yang sering terjadi adalah kecendrungan dari guru untuk menilai unsur usaha ini
lebih rendah bagi anak yang prestasinya rendah dan sebaliknya.
3.
Aspek
pribadi dan sosial (personal and social characteristics)
Unsur
ini juga perlu dilaporkan terutama yang berhubungan dengan berlangsungnya
proses belajar-mengajar, misalnya mentaati tata-tertib sekolah.
4.
Kebiasaan
bekerja (working habits)
Yang
dimaksud di sini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan melakukan
tugas.[33]
Rekomendasi Untuk Pemberian Angka
Pemberian angka hendaknya
mengimplementasikan filosof sekolah dan guru seadil mungkin. Keputusan mengenai
angka harus dibuat berdasarkan situasi khusus seseorang. Secara umum Veithzal
Rivai merekomendasikan bahwa angka-angka tidak ditempatkan berdasarkan standar
individu. Pembuatan standar individu yang paling masuk akal pada sistem yang
tidak memberikan peringkat angka yang dicirikan oleh penilaian yang
terus-menerus.
Standar tetap masuk akal ketika guru
memiliki gagasan yang kuat terhadap apa yang harus dilakukan dan kapan dapat
membuat standar berdasarkan harapan yang realistis.[34]
1.
Penghapusan
Skor Terendah
Guru
yang menggunakan standar tetap harus berhati-hati, kren suatu prestasi yang
buruk untuk menghalangi seorang murid untuk memperoleh nilai yang cukup tinggi.
2.
Tes
Ujian Susulan
Guru
yang ingin memberikan tes/ujian susulan
dapat membantu murid untuk terus berusaha mempelajari materi. Jadi, guru dapat
mengizinkan murid untuk mengambil ujian sekali atau dua kali daripada harus
menghilangkan skor terendah. Tes susulan memang merugikan guru karena menambah
beban pekerjaan, tetapi mendorong usaha baru bagi murid.
3.
Penyesuaian
Nilai
Guru
tidak perlu bergantung sepenuhnya kepada standar tetap atau perbandingan
berdasarkan referensi nilai. Terdapat empat pertimbangan yang dapat digunakan
untuk menyesuaikan (adjust) nilai:
a.
Konsekuensi
prestasi
b.
Pencapaian
pada sasaran atau tujuan utama pembelajaran
c.
Pekerjaan
atau tugas dengan kredit khusus
d.
Pekerjaan/tuga
dengan kontrak.
4.
Pekerjaan
Dengan Kredit Khusus
Hal
ini dilakukan sebagai alasan seorang guru yang kadang-kadanag membolehkan
murid-murid untuk menambah/menaikkan nilai akhir dengan melakukan pekerjaan
yang diberi kredit khusus atau dengan melakukan konrak. Murid-murid dengan
kemampuan batas bawah (borderline) yang memperoleh kredit cukup banyak
akan diberi angka lebih tinggi.
5.
Kontrak
untuk Nilai Khusus
Jika
kontrak individu digunakan, guru boleh memberikan beberapa pilihan sehubugan
dengan nilai atau usaha yang akan mereka lakukan, hal tersebut dilakukan dengan
menjanjikan nilai secara eksplisit sebagai pengganti atau untuk ditukar dengan
pelaksanaan tugas pada tingkatan khusus.[35]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah
“teknik-teknik” dapat diartikan sebagai “alat-alat”. Jadi dalam istilah
“teknik-teknik evaluasi hasil belajar” terkandung arti alat-alat (yang
dipergunakan dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar.
Dalam
pelaksanaannya, evaluasi dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu: teknik tes dan
non-tes.
1.
Teknik
tes
Teknik
tes dapat berbentuk:
a.
Tes
tertulis;
b.
Tes
lisan; dan
c.
Tes
perbuatan.
Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat
pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi enam
golongan, yaitu:
a.
Tes
Seleksi (al-Imtihan al-Intikhabiy)
b.
Tes
Awal (al-Imtihan al-Mabda’iy)
c.
Tes
Akhir (al-Imtihan al-Niha’iy)
d.
Tes
Diagnostik (al-Imtihan al-Fahshiy)
e.
Tes
Formatif (al-Imtihan al-Yaumiy)
Menurut
Daryanto, jika ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka tes
dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a.
Tes
Diagnostik
b.
Tes
Formatif
c.
Tes
Sumatif
2.
Teknik
non-tes
Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
a.
Skala
Bertingkat (rating scale)
b.
Kuesioner
(questionare)
Macam-macam
kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:
1)
Ditinjau
dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
-
Kuesioner
langsung
-
Kuesioner
tidak langsung
2)
Ditinjau
dari segi cara menjawab:
-
Kuesioner
tertutup
-
Kuesioner
terbuka
c.
Daftar
Cocok (check list)
d.
Wawancara
(interview)
Wawancara
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1)
Interviu
bebas,
2)
Interviu
terpimpin.
e.
Pengamatan
(observation)
Ada
3 macam observasi:[36]
1)
Observasi
partisipan,
2)
Observasi
sistematik,
3)
Observasi
eksperimental.
f.
Riwayat
Hidup
Menurut Kunandar, ada 7 (tujuh)
teknik yang dapat digunakan dalam penilaian hasil belajar yaitu:
1.
Penilaian
Untuk Kerja atau Perbuatan (Performance Test)
Ada dua hal yang berkaitan dengan
penilaian untuk kerja, yaitu:
a.
Keterampilan
(skill)
b.
Kinerja
(performance)
2.
Penilaian
Sikap
Teknik-teknik tersebut secara
ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Observasi
perilaku
b.
Pertanyaan
langsung
c.
Laporan
pribadi
3.
Penilaian
Tertulis
Ada
dua bentuk soal tes tertulis, yaitu sebagai berikut:
a.
Soal
dengan memilih jawaban
1)
Pilihan
ganda
2)
Dua
pilihan (benar-salah, ya-tidak)
3)
Menjodohkan
b.
Soal
dengan menyuplai-jawaban
1)
Isian
atau melengkapi
2)
Jawaban
singkat atau pokok
3)
Soal
uraian
4.
Penilaian
Proyek
5.
Penilaian
Produk
Penilaian produk meliputi tiga tahap dan dalam setiap tahapan perlu
diadakan penilaian yaitu sebagai berikut:
a.
Tahap
persiapan
b.
Tahap
pembuatan (produk)
c.
Tahap
penilaian (appraisal)
6.
Penilaian
Portofolio
7.
Penilaian
Diri
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi
Pembelajaran: Prinsip, Teknik dan Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Baihaqi, Muhammad dkk. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Surabaya:
LAPIS-PGMI.
Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
------------. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan.
Bandung: Mandar Maju.
---------------------. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Http://arsadbendungan.blogspot.com/2011/12/teknik-penilaian-proses-dan-hasil.html, diakses pada 17 Maret 2013,
pukul 13:01 WIB.
Http://mahfudjiono.blogspot.com/2012/12/teknik-penilaian-hasil-belajar-siswa.html, diakses pada 17 Maret 2013,
pukul 10:13 WIB.
Kunandar. 2007. Guru Profesional
Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. 2009. Education
Management. Jakarta: Rajawali Pers.
Sakni, Ridwan. Pengembangan Sistem
Evaluasi Pendidikan. Palembang: Rafa Press.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2009. Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Thoha, Chabib. 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
[1] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada), 2001, hal. 275
[2] Ridwan Sakni, Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan,
(Palembang: Rafa Press), hal. 1
[3] Muhammad Baihaqi dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Surabaya:
LAPIS-PGMI), 2008, hal. 9
[4] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik
dan Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2012, hal. 4
[5] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:
Rineka Cipta), 2008, hal. 203
[6] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara), 2005, hal. 43
[7] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada), 2005, hal. 67
[8] Ibid., hal. 70
[9] Ibid., hal. 73
[10] Ibid., hal. 74
[11] Ibid., hal. 75
[12] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
Bumi Aksara), 2011, hal. 167
[13] Ibid., hal. 167
[14] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta), 2012, hal. 37
[15] Ibid., hal. 43
[16] M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT
Rineka Cipta), 2005, hal. 29
[17] Ibid., hal. 31
[18] Ibid., hal. 33
[19] Ibid., hal. 34
[20] Http://mahfudjiono.blogspot.com/2012/12/teknik-penilaian-hasil-belajar-siswa.html, diakses pada 17 Maret 2013, pukul 10:13
WIB.
[21] Ibid.
diakses pada 17 Maret 2013, pukul 13:01
WIB.
[23] Kunandar, Guru Profesional Impelementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada), 2007, hal. 395
[24] 404
[25] Ibid., hal. 409
[26] Ibid., hal. 410
[27] Ibid., hal. 415
[28] Ibid., hal. 417
[29] Ibid., hal. 420
[30] Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran dan Evaluasi
Pendidikan, (Bandung: Mandar Maju), 1989, hal. 134
[32] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta:
PT Rineka Cipta), 2000, hal. 8
[33] Chabib Thoha, Op. Cit., hal. 277
[34] Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education
Management, (Jakarta: Rajawali Pers), 2009, hal. 796
[35] Ibid., hal. 797
[36] Ibid., hal. 33