Sabtu, 06 April 2013

Teknik Evaluasi dan Teknik Penilaian



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Bagi seorang siswa, nilai merupakan sesuatu yang sangat penting karena nilai merupakan cermin dari keberhasilan belajar. Namun, bukan hanya siswa sendiri saja yang memerlukan cermin keberhasilan belajar, guru dan orang lainpun memerlukannya.
Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses belajar-mengajar kecuali mengusahakan agar perkembangan dan belajar siswa mencapai tingkat optimal. Pemberian nilai merupakan salah satu cara dalam usaha ke arah tujuan itu, asal dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana.
Pemberian nilai merupakan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan suatu balikan (feed back/umpan balik) yang mencerminkan seberapa jauh seorang siswa telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pengajaran atau sistem instruksional.
Nilai rendah yang diperoleh oleh seorang atau beberapa siswa, jika disajikan dalam keadaaan yang terperinci akan dapat membantu siswa dalam usaha memperbaiki dan memberi motivasi peningkatan prestasi berikutnya. Bagi pengelola pengajaran, sajian terperinci nilai siswa dapat berfungsi menunjukkan bagian-bagian proses pengajaran mana yang perlu diperbaiki.[1]
Namun untuk dapat memberikan nilai kepada peserta didik, seorang guru harus melakukan evaluasi dan penilaian terlebih dahulu kepada setiap peserta didik. Evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan.[2]
Evaluasi berhubungan dengan pengukuran. Evaluasi juga mencakup penilaian tentang apa yang baik. Dengan demikian, hasil pengukuran yang benar merupakan dasar yang kokoh untuk melakukan penilaian. Sumarno, dkk (2003:1) mengemukakan bahwa assessment (penilaian hasil belajar) adalah suatu proses sistematik untuk pencapaian hasil belajar peserta didik.[3] Depdikbud (sekarang Kemendikbud) (1994) mengemukakan “penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.[4]
Untuk memperoleh informasi dan untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh peserta didik, proses evaluasi dan penilaian haruslah dilaksanakan oleh tenaga pendidik. Maka dari itu dari uraian di atas, dalam makalah kali ini akan dibahas tentang: “Teknik Evaluasi dan Teknik Penilaian Hasil Belajar”.

B.       Rumusan Masalah
 Adapun permasalahan dalam  makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan Teknik?
2.      Apa sajakah yang termasuk Teknik Evaluasi?
3.      Apa sajakah yang termasuk Teknik Penilaian Hasil Belajar?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teknik Evaluasi
Istilah “teknik-teknik” dapat diartikan sebagai “alat-alat”. Jadi dalam istilah “teknik-teknik evaluasi hasil belajar” terkandung arti alat-alat (yang dipergunakan dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar.
Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah, dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Dengan teknik tes, maka evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah itu dilakukan dengan jalan menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik nontes maka evaluasi dilakukan tanpa menguji peserta didik.
Dalam pelaksanaannya, evaluasi dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu: teknik tes dan non-tes.
1.      Teknik tes
Teknik tes dapat berbentuk:
a.       Tes tertulis;
b.      Tes lisan; dan
c.       Tes perbuatan.
2.      Teknik non-tes
a.       Angket;
b.      Wawancara/interviu;
c.       Observasi;
d.      Kuesioner atau inventori.[5]



1.      Teknik Tes
Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa perancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.[6]
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a.       Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik seteah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b.      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tesebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.[7]
Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
a.       Tes Seleksi (al-Imtihan al-Intikhabiy)
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “Ujian Saringan” atau “Ujian Masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaann calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
b.      Tes Awal (al-Imtihan al-Mabda’iy)
Tes awal sering dkenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejuh manakan materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudh-mudah.
c.       Tes Akhir (al-Imtihan al-Niha’iy)
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Isi atau materi tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik.[8]
d.      Tes Diagnostik (al-Imtihan al-Fahshiy)
Tes diagnostik (diagnostic test) adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Materi yang ditanyakan dalam ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
e.       Tes Formatif (al-Imtihan al-Yaumiy)
Tes formatf (formative test) adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakan peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Materi dari tes formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan program pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah:
1)      Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan.
2)      Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasan baru terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.
Dilihat dari segi aspek kejiawaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:[9]
a.       Tes Intelegensi (intellegency test)
Yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
b.      Tes Kemampuan (aptitude test)
Yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki testee.
c.       Tes Sikap (attitude test)
Yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
d.      Tes Kepribadian (personality test)
Yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.
e.       Tes Hasil Belajar
Tes ini juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievement test), yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian belajar atau prestasi belajar.
Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a.       Tes Individual (individual test),
Yaitu tes di mana testee hanya berhadapan dengan satu orang testee saja.
b.      Tes Kelompok (group test)
Yaitu tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:[10]
a.       Power Test
Yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi
b.      Speed Test
Yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Dilihat dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
a.       Verbal Test
Yaitu suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang daam bentuk kata-kata atau kalimat, baik secra lisan maupun tertulis.
b.      Nonverbal Test
Yaitu tes yang menghendaki respon (jawban) dari testee bukan berupa kata-kata atau kalimat melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:[11]
a.       Tes Tertulis (pencil and paper test)
Yakni tes di mana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
b.      Tes Lisan (nonpencil and paper test)
Yaitu tes di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
Penyusunan tes hendaknya berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut:[12]
a.       Tes harus tertuju untuk menilai hanya tujuan yang telah dirumuskan. Tekanan harus lebih besar pada tujuan-tujuan yang lebih penting.
b.      Jenis pertanyaan harus khusus dan sesuai dengan tujuan yang spesifik dan perlu memperhatikan tingkat kesulitan tes agar sesuai dengan kemampuan murid.
c.       Pertanyaan dalam tes hendaknya dirumuskan sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti oleh murid untuk diberikan jawaban atau untuk dipecahkan.
d.      Pertanyaan-pertanyaan haruslah sanggup membedakan antara murid yang telah mencapai tujuan dan yang belum.
e.       Organisasi tes itu harus sedemikian rupa sehingga murid-murid dapat segera melihat apa yang perlu diperbuatnya serta bagaimana cara membuatnya. Dapat dilengkapi dengan penginderaan melalui pendengaran dalam tes lisan tentang subjek yang sama.
f.       Tidak perlu mengerjakan tulisan dan membuat paper, jadi ebih meringankan guru.
g.      Guru tidak perlu memeriksa pekerjaan tertulis, jadi lebih meringakan guru.

Tetapi sebagai alat penilaian, tes tertulis dalam beberapa hal lebih dapat dipertanggungjawabkan, jika dibanding dengan tes lisan.[13]
a.       Semua murid menjawab sejumlah daftar pertanyaan yang sama, guru akan mempunyai dasar yang jelas untuk memperbandingkan hasil-hasil tes murid.
b.      Jawaban-jawaban tertulis atas pertanyaan-pertanyaan tertulis, dapat dinilai lebih objektif daripada jawaban-jawaban lisan.
c.       Dengan tes objektif tertulis, setiap murid dapat menjawab sejumlah besar pertanyaan di dalam suatu jangka waktu tertentu di dalam kelas.

Menurut Daryanto, jika ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka tes dibedakan atas tiga macam, yaitu:[14]
a.       Tes Diagnostik
Seorang guru yang baikm tentu akan merasa berbahagia apabla dapat membantu siswanya sehingga dapat mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sebelum dapat memberikan bantuan dengan tepat, guru harus mengadakan tes yang maksudnya mengadakan diagnosis. Tes ini disebut tes diagnostik.
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
b.      Tes Formatif
Dari arti kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukanya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
Manfaat tes formatif bagi siswa:
1)      Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.
2)      Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa.
3)      Usaha perbaikan.
4)      Sebagai diagnosis.
Manfaat tes formatif bagi guru:
1)      Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
2)      Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.
3)      Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
c.       Tes Sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.  Ada beberapa manfaat tes sumatif, di antaranya yang terpenting adalah:[15]
1)      Untuk menentukan nilai.
2)      Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya.
3)      Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi:
-          Orang tua siswa
-          Pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah
-          Pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, akan melanjutkan belajar atau akan memasuki lapangan kerja.


2.      Teknik Non Tes
Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
a.       Skala Bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Seperti Oppeheim mengatakan: “Rating gives a numerical value to some kind of judgement”, maka suatu skala disajkan dalam bentuk angka.
Biasanya angka-angka yang digunakan diterangkan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkat dari rendah ke yang tinggi. Dengan demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat.
Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif, maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.[16]
b.      Kuesioner (questionare)
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya,  kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Macam-macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:
1)      Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
-          Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
-          Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang diminta dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya.
2)      Ditinjau dari segi cara menjawab:
Ditinjau dari segi cara menjawabnya maka dibedakan atas:
-          Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban langkah sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
-          Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikan rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beranekaragam.[17]
c.       Daftar Cocok (check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya disingkat-singkat), di mana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala bertigkat dapat digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.
d.      Wawancara (interview)
Wawancara atau interviu adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1)      Interviu bebas, di mana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
2)      Interviu terpimpin, yaitu interviu yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
e.       Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 macam observasi:[18]
1)      Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
2)      Observasi sistematik, yaitu observasi di mana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kategorinya.
3)      Observasi eksperimental. Observasi ini terjaadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.
f.       Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai.[19]


B.       Teknik Penilaian Hasil Belajar
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, dan penugasan yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.[20]
1.      Tes
Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.
a)      Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian.
b)      Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan.
c)      Tes praktik (kinerja)
Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/ mendemonstasikan / menampilkan keterampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah.
Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Macam-macam ulangan adalah sebagai berikut:
a)      Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.
b)      Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
c)      Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Macam-macam ujian adalah sebagai berikut :
a.       Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
b.      Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
2.      Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.
a.       Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999).
b.      Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
c.       Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
3.      Observasi
Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal.[21]


Contoh Pedoman Observasi
Mata Pelajaran               : Sains
Konsep/Subkonsep        : 1.1 Vegetatif Buatan
                             1.1.1. Mencangkok
Kelas                              : V
Hari/tanggal                   : Minggu, 11 Juli 2011
Jampel ke-                      : 1
Nama Siswa                   : Ali
NO
KEGIATAN/ASPEK YANG DINILAI
NILAI
KET
1
Langkah persiapan (penyiapan alat dan bahan)
….

2
Cara mengelupas kulit bagian luar
….

3
Cara mengelupas kulit bagian dalam
….

4
Cara membersihkan getah/lendir
….

5
Cara menaburkan tanah
….

6
Cara membungkus dan mengikat
….

Jumlah
….

Rata-rata
….

Catatan: >> Pemberian nilai dapat menggunakan angka 1 – 10atau A, B, C, D[22]

Menurut Kunandar, dalam bukunya “Guru Profesional Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru” beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulka informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil beajar. Teknik mengumpulka informasi tersebut pada prinsipnya adlaah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Dengan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Dengan indikator-indikator ini, dapat ditentukan penilaian yang sesuai. Untuk itu, ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian untuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.[23]
1.      Penilaian Untuk Kerja atau Perbuatan (Performance Test)
Penilaian perbuatan atau untuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan muncul dalam diri siswa (keterampilan).
Penilaian perbuatan atau untuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan untuk kerja.
Penilaian untuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal tersebut:
a.       Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi;
b.      Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut;
c.       Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas;
d.      Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak telalu banyak, sehingga semua dapat diamati;
e.       Kemampuan yang akan dinilai durutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
Ada dua hal yang berkaitan dengan penilaian untuk kerja, yaitu:
a.       Keterampilan (skill)
b.      Kinerja (performance)
Kelebihan penilaian perbuatan atau untuk kerja adalah:
a.       Dapat menilai komptensi yang berupa keterapilan;
b.      Dapat digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan mengenai teori dan keterampilan di dalam praktik sehingga informasi penilaian menjadi lengkap;
c.       Dalam pelaksanaan tidak ada peluang siswa menyontek;
d.      Guru dapat mengenal lebih dalam lagi tentang karakteristik masing-masing siswa.
2.      Penilaian Sikap
Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait denngan kecenderungan ertindak seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konotatif. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:
a.       Sikap terhadap materi pelajaran
b.      Sikap terhadap guru/pengajar
c.       Sikap terhadap proses pembelajaran
d.      Sikap yang berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suat materi pelajaran
e.       Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran.
Penilaian sikap dapat dilakuak dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi.
b.      Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapa peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam meberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik tu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik dalam menilai sikap dan membina peserta didik.[24]
c.       Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini disekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi padangan atau tanggapannnya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
3.      Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes yang soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didiknya dalam berbentuk tulisan. Dalam menjawab, peserta didik tidak selalu merespons dalam bentuk menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu sebagai berikut:
a.       Soal dengan memilih jawaban
1)      Pilihan ganda
2)      Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
3)      Menjodohkan
b.      Soal dengan menyuplai-jawaban
1)      Isian atau melengkapi
2)      Jawaban singkat atau pokok
3)      Soal uraian
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut pesera didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisaikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan-gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Dalam menyusun soal-soal tes dalam bentuk uraian hendaknya diperhatikan kaidahh sebagai berkut:
a.       Batasi ruang lingkup materi dengan memilih materi/bahan pelajaran yang sesensial yang dapat mewakili materi lainya.
b.      Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah dipahami dan dimengerti siswa.
c.       Jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama.
d.      Tuliskan jawaban (kunci) yang ideal sebelum menulis soal.
e.       Gunakan kata-kata kerja.
f.       Tuliskanlah skor untuk masing-masng soal bagi jawaban yang benar.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:[25]
a.       Materi
b.      Konstruksi
c.       Bahasa
4.    Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertetu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan subjek tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut:
a.       Kemampuan pengelolaan
b.      Relevansi
c.       Keaslian
Penilaian ini dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama pengerjaan tugas, dan terhadap hasil proyek. Pelaksanaan penilaian ini dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala rentang.[26]
5.    Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualiatas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni.
Penilaian produk meliputi tiga tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian yaitu sebagai berikut:
a.       Tahap persiapan
b.      Tahap pembuatan (produk)
c.       Tahap penilaian (appraisal)
6.    Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya.
Portofolio merupakan kumpulan bahan pilihan yang memberikan informasi bagi suatu peilaian kinerja secara objektif sesuai degan tujuan pengajaran yang ada dalam kurikulm atau sesuai dengan persyaratan yang ada dalam kurikulum atau sesuai dengan persyaratan kualitas yang ditentukan.
Hal-hal yang perlu dperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan portofolio di sekolah, antara lain sebagai berikut:
a.       Saling percaya antara guru dan peserta didik
b.      Keserasian bersama antara guru dan peserta didik
c.       Milik bersama (join ownership) antara peserta didik dan guru
d.      Kepuasan
e.       Kesesuaian
f.       Penilaian proses dan hasil
g.      Penilaian dan pembelajaran.
Teknik penilaian portofolio  di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:[27]
a.       Jelaskan kepada peserta didik maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri.
b.      Tentukan bersama peserta didik contoh-contoh portofolio apa saja yang akan dibuat.
c.       Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder.
d.      Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik.
e.       Tentukan kriteria penilaian contoh-contoh portofolio pesera didik beserta pembobotannya bersama peserta didik agar dicapai kesepakatan.
f.       Mintalah peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
g.      Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilaiya belum memuaskan, kepada peserta didik dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi.
h.      Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio.[28]
7.    Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, dimana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaiatan dengan kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan dengan cara yang objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta ddiik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai;
b.      Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan;
c.       Merumuskan format penilaian;
d.      Meminta peserta didik untuk melakukan penilian diri;
e.       Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak;
f.       Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.[29]

Penilaian Terhadap Suatu Tes
Pengukuran terhadap perilaku  atau tingah laku siswa dilakukan, baik selama berlangsungnya proses pengajaran maupun pada akhir pengajaran. Pengukuran yang dilakukan selama dalam proses pengajaran dimaksudkan untuk mengukur tingkah laku yang harus diperoleh pada tingkat struktur belajar yang terendah (auxiliary performance). Sedangkan pengukuran yang dilaksanakan pada akhir pengajaran dimaksudkan untuk mengukur tingkah laku terminal yang harus diperoleh pada struktur belajar tertinggi.
Jadi pengukuran dan penilaian itu dapat diselenggarakan setiap waktu, baik sepanjang proses pelaajaran maupun pada akhir pengajaran; baik setelah mempelajari suatu unit pelajaran maupun pada waktu mempelajari suatu kerangka pengajaran.

Ukuran-ukuran Untuk Menafsirkan Skor Tes
Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menafsirkan tes terdiri dari: ukuran absolut, ukuran relatif, dan ukuran yan berbetuk kriteria. Ketiga jennis ukuran ini masing-masing memiliki ciri-cirinya sendiri, perbedaan itu diperlukan sehubungan dengn penggunaan setiap ukuran pada tes-tes.[30]
Ukuran absolut dan ukuran kriteria menentukan ketetapan banyaknya unit pelajaran atau kemampuan yang diharapkan tercapai oleh siswa. berdassarkn prestasinya dapat ditentukan apakah seorang siswa dapat maju ke unit pelajaran berikutnya atau tidak.
Suatu tes yang menggunakan ukuran ini akan memberikan keterangan yang eksplisit tentang apa yang dapat diperbuat atau tidak dapat diperbuat oleh siswa. jadi seorang siswa dapat maju dengan unit pelajaran berikutnya setelah dia mencapai perilaku yang spesifik sebelumnya.
Ukuran relatif meperbandingkan perilaku seorang siswa denan para siswa lainnya dalam kelompok yang sama. Tes-tes yang berdasarkan pada ukuran relatif akan menjelaskan kepada kita apakah seseorang ssiwa telah lebih menguasai atau kurang menguasai suatu unit pelajaran dibandingkan dengan para siswa lainnya. penguasaan siswa tersebut tidak didasarkan pada ukuraan yang spesifik.
Penggunaan ukuran spesifik memiliki kepentingan dari segi hasil instruksional yakni:
1.      Ukuran tersebut pada hakekatnya adalah ukuran (standar) tingkah laku yang harus dicapai atau dpenuhi oleh setiap siswa, yang sekaligus merupakan ukuran diterima tidaknya suatu tingka laku ditilk dari tujuan-tujuan instruksional. Pencapaian ukuran tersebut merupakann prerekuisit dan sebaagai persyaratan untuk menuju kepencapaian tujuan-tujuan instruksional berikutnya dan bahan-bahan pengajaran selanjutnya.
2.      Semua siswa harus mencapai ukuran-ukuran tersebut dalam semua tujuan yang hendak dicapai, bukan hanya satu tujuan saja.
3.      Penggunaan ukuran-ukuran yang spesifik itu akan merubah cara-cara konvensional dalam konstruksi tes.
Ketiga jenis ukuran di atas masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri serta aplikasinya.[31]

Standar untuk Menilai Evaluasi
Akhir-akhir ini telah dicoba pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi pendidikan. Standar yang paling komprehensif dan rinci dikembangkan oleh Commitee on Standard for Educational Evaluation dengan ketuanya Daniel Stufflebean, yaitu:
1.      Utility (bermanfaat dan praktis)
2.      Accuracy (secara teknik tepat)
3.      Fasibility (realistik dan teliti)
4.      Proppriety (dilakukan dengan legal dan etik).
Lee J. Cronbach mengatakan bahwa standar yang digunakan untuk melakukan evaluasi ungkin tak sepenting konsekuensinya. Ia mengatakan evaluasi yang baik adalah yang memberikan dampak yang positif pada perkembangan program.[32]

Faktor-faktor yang Turut Diperhitungkan dalam Penilaian
Walaupun hal yang dinilai tidak sama bagi setiap sekolah, namun secara garis besar dapat ditentukan unsur umum penilaian yang menyangkut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan.
Unsur umum tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Prestasi/pencapaian (achievement)
Nilai prestasi harus mencerminkan tingkatan-timgkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi.
2.      Usaha (effort)
Terpisah dan nilai prestasi, guru dapat menyampaikan laporannya kepada orang tua siswa. Laporan atau nilai tidak boleh dicampuri dengan nilai prestasi sama sekali. Yang sering terjadi adalah kecendrungan dari guru untuk menilai unsur usaha ini lebih rendah bagi anak yang prestasinya rendah dan sebaliknya.
3.      Aspek pribadi dan sosial (personal and social characteristics)
Unsur ini juga perlu dilaporkan terutama yang berhubungan dengan berlangsungnya proses belajar-mengajar, misalnya mentaati tata-tertib sekolah.
4.      Kebiasaan bekerja (working habits)
Yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan melakukan tugas.[33]

Rekomendasi Untuk Pemberian Angka
Pemberian angka hendaknya mengimplementasikan filosof sekolah dan guru seadil mungkin. Keputusan mengenai angka harus dibuat berdasarkan situasi khusus seseorang. Secara umum Veithzal Rivai merekomendasikan bahwa angka-angka tidak ditempatkan berdasarkan standar individu. Pembuatan standar individu yang paling masuk akal pada sistem yang tidak memberikan peringkat angka yang dicirikan oleh penilaian yang terus-menerus.
Standar tetap masuk akal ketika guru memiliki gagasan yang kuat terhadap apa yang harus dilakukan dan kapan dapat membuat standar berdasarkan harapan yang realistis.[34]
1.      Penghapusan Skor Terendah
Guru yang menggunakan standar tetap harus berhati-hati, kren suatu prestasi yang buruk untuk menghalangi seorang murid untuk memperoleh nilai yang cukup tinggi.
2.      Tes Ujian Susulan
Guru yang ingin memberikan tes/ujian  susulan dapat membantu murid untuk terus berusaha mempelajari materi. Jadi, guru dapat mengizinkan murid untuk mengambil ujian sekali atau dua kali daripada harus menghilangkan skor terendah. Tes susulan memang merugikan guru karena menambah beban pekerjaan, tetapi mendorong usaha baru bagi murid.
3.      Penyesuaian Nilai
Guru tidak perlu bergantung sepenuhnya kepada standar tetap atau perbandingan berdasarkan referensi nilai. Terdapat empat pertimbangan yang dapat digunakan untuk menyesuaikan (adjust) nilai:
a.       Konsekuensi prestasi
b.      Pencapaian pada sasaran atau tujuan utama pembelajaran
c.       Pekerjaan atau tugas dengan kredit khusus
d.      Pekerjaan/tuga dengan kontrak.
4.      Pekerjaan Dengan Kredit Khusus
Hal ini dilakukan sebagai alasan seorang guru yang kadang-kadanag membolehkan murid-murid untuk menambah/menaikkan nilai akhir dengan melakukan pekerjaan yang diberi kredit khusus atau dengan melakukan konrak. Murid-murid dengan kemampuan batas bawah (borderline) yang memperoleh kredit cukup banyak akan diberi angka lebih tinggi.
5.      Kontrak untuk Nilai Khusus
Jika kontrak individu digunakan, guru boleh memberikan beberapa pilihan sehubugan dengan nilai atau usaha yang akan mereka lakukan, hal tersebut dilakukan dengan menjanjikan nilai secara eksplisit sebagai pengganti atau untuk ditukar dengan pelaksanaan tugas pada tingkatan khusus.[35]



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Istilah “teknik-teknik” dapat diartikan sebagai “alat-alat”. Jadi dalam istilah “teknik-teknik evaluasi hasil belajar” terkandung arti alat-alat (yang dipergunakan dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar.
Dalam pelaksanaannya, evaluasi dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu: teknik tes dan non-tes.
1.      Teknik tes
Teknik tes dapat berbentuk:
a.       Tes tertulis;
b.      Tes lisan; dan
c.       Tes perbuatan.
Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur perkembangan belajar peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
a.       Tes Seleksi (al-Imtihan al-Intikhabiy)
b.      Tes Awal (al-Imtihan al-Mabda’iy)
c.       Tes Akhir (al-Imtihan al-Niha’iy)
d.      Tes Diagnostik (al-Imtihan al-Fahshiy)
e.       Tes Formatif (al-Imtihan al-Yaumiy)
Menurut Daryanto, jika ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka tes dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a.       Tes Diagnostik
b.      Tes Formatif
c.       Tes Sumatif
2.      Teknik non-tes
Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
a.       Skala Bertingkat (rating scale)
b.      Kuesioner (questionare)
Macam-macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:
1)      Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
-          Kuesioner langsung
-          Kuesioner tidak langsung
2)      Ditinjau dari segi cara menjawab:
-          Kuesioner tertutup
-          Kuesioner terbuka
c.       Daftar Cocok (check list)
d.      Wawancara (interview)
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1)      Interviu bebas,
2)      Interviu terpimpin.
e.       Pengamatan (observation)
Ada 3 macam observasi:[36]
1)      Observasi partisipan,
2)      Observasi sistematik,
3)      Observasi eksperimental.
f.       Riwayat Hidup

Menurut Kunandar, ada 7 (tujuh) teknik yang dapat digunakan dalam penilaian hasil belajar yaitu:
1.      Penilaian Untuk Kerja atau Perbuatan (Performance Test)
Ada dua hal yang berkaitan dengan penilaian untuk kerja, yaitu:
a.       Keterampilan (skill)
b.      Kinerja (performance)
2.      Penilaian Sikap
Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Observasi perilaku
b.      Pertanyaan langsung
c.       Laporan pribadi
3.      Penilaian Tertulis
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu sebagai berikut:
a.       Soal dengan memilih jawaban
1)      Pilihan ganda
2)      Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
3)      Menjodohkan
b.      Soal dengan menyuplai-jawaban
1)      Isian atau melengkapi
2)      Jawaban singkat atau pokok
3)      Soal uraian
4.    Penilaian Proyek
5.    Penilaian Produk
Penilaian produk meliputi tiga tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian yaitu sebagai berikut:
a.       Tahap persiapan
b.      Tahap pembuatan (produk)
c.       Tahap penilaian (appraisal)
6.    Penilaian Portofolio
7.    Penilaian Diri


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik dan Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Baihaqi, Muhammad dkk. 2008.  Evaluasi Pembelajaran. Surabaya: LAPIS-PGMI.
Daryanto. 2012.  Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
------------. 2005.  Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 1989.  Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Mandar Maju.
---------------------. 2011.  Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. 2009. Education Management. Jakarta: Rajawali Pers.
Sakni, Ridwan. Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan. Palembang: Rafa Press.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2009.  Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Thoha, Chabib. 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.



[1] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2001, hal. 275
[2] Ridwan Sakni, Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan, (Palembang: Rafa Press), hal. 1
[3] Muhammad Baihaqi dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI), 2008, hal. 9
[4] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik dan Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2012, hal. 4
[5] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta), 2008, hal. 203
[6] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), 2005, hal. 43
[7] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2005, hal. 67
[8] Ibid., hal. 70
[9] Ibid., hal. 73
[10] Ibid., hal. 74
[11] Ibid., hal. 75
[12] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara), 2011, hal. 167
[13] Ibid., hal. 167
[14] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), 2012, hal. 37
[15] Ibid., hal. 43
[16] M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta), 2005, hal. 29
[17] Ibid., hal. 31
[18] Ibid., hal. 33
[19] Ibid., hal. 34
[21] Ibid.
[23] Kunandar, Guru Profesional Impelementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2007, hal. 395
[24]   404
[25] Ibid., hal. 409
[26] Ibid., hal. 410
[27] Ibid., hal. 415
[28] Ibid., hal. 417
[29] Ibid., hal. 420
[30] Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Mandar Maju), 1989, hal. 134
[31]Ibid., hal. 137
[32] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT Rineka Cipta), 2000, hal. 8
[33] Chabib Thoha, Op. Cit., hal. 277
[34] Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management, (Jakarta: Rajawali Pers), 2009, hal. 796
[35] Ibid., hal. 797
[36] Ibid., hal. 33