1.
Plantet Questions (Pertanyaan Rekayasa)
Metode
ini memungkinkan anda untuk memberikan informasi sebagai jawaban atas
pertanyaan yang pernah diberikan kepada peserta didk yang dipilih. Meskipun
anda, sebenarnya, memberikan pelajaran yang telah disiapkan dengan baik, hal
ini mengesankan pada peserta didik lain bahwa anda hanya mengerjakan satu sesi
tanya jawab.[1]
Strategi
ini membantu anda untuk mempresentasikan informasi dalam bentuk respon terhadap
pertanyaan yang telah ditanamkan/diberikan sebelumnya kepada peserta didik
tertentu. Sekalipun anda memberikan pelajaran seperti biasanya, tetapi efeknya
adalah peserta didik melihat anda melaksanakan sesi tanya jawab. Lebih dari
itu, strategi ini dapat membantu peserta didik yang tidak pernah bertanya atau
bahkan tidak pernah berbicara pada jam-jam pelajaran untuk meningkatan
kepercayaan diri dengan diminta menjadi penanya.[2]
Langkah-langkah penerapan Plantet Questions:
a.
Pilihlah
pertanyaan yang akan mengarahkan pada materi pelajaran yang akan disajikan.
Tulislah tiga sampai enam pertanyaan dan urutkan pertanyaan tersebut secara
logis.
b.
Tulislah
setiap pertanyaan pada sepotong kertas (10 X 15 cm), dan tuliskan isyarat yang
akan digunakan untuk memberi tanda kapan pertanyan-pertanyaan tersebut diajukan
tanda yang bisa digunakan di antaranya:
·
Menggaruk
atau mengusap hidung,
·
Membuka
kaca mata,
·
Menyembunyikan
jari-jari dan lain-lain.
c.
Sebelum
perlajaran dimulai, pilihlah siswa yang akan mengajukan pertanyaan tersebut,
berikan kertas yang telah dibuat dan jelaskan petunjuknya. Yakinkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diketahui oleh siswa lain.
d.
Bukalah
sesi tanya jawab dengan menyebutkan topik yang akan dibahas dan berilah isyarat
pertama. Kemudian jawablah pertanyaan pertama, dan kemudian teruskanlah dengan
tanda-tanda dan pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
e.
Sekarang
bukalah forum untuk pertanyaan baru (bukan yang sebelumnya disusun).[3]
Kelebihan metode pembelajaran Planted Questions:
a.
Melatih
konsentrasi siswa terhadap kode atau isyarat yang diberikan oleh guru dalamm
proses pembelajaran.
b.
Membuat
siswa yang pasif/kurang aktif menjadi terlihat aktif dengan pertanyaan rekayasa
yang diberikan kepadanya. Adanya minat belajar bagi siswa yang kurang aktif
tersebut.
c.
Menyama-ratakan
antara siswa aktif dan yang kurang aktif dengan dorongan pertanyaan rekayasa
tersebut.
d.
Membangkitkan
rasa percaya diri murid dalam tanya jawab.
e.
Menjadikan
umpan yang baik kepada siswa untuk aktif dalam tanya jawab pada pembelajaran
selanjutnya.
Kekurangan metode pembelajaran Planted Questions:
a.
Apabila
siswa tidak respek terhadap kode atau lupa, maka proses pembelajarannya akan
menjadi berantakan. Bisa juga terjadi kesalah-pahaman antar sesama siswa terhadap
kode yang diberikan oleh guru.
b.
Apabila
memang benar-benar ada siswa yang ingin bertanya (diluar dari pertanyaan
rekayasa) maka akan menimbulkan penundaan ataupun pengabaian (sementara)
terhadap siswa tersebut.
c.
Pembelajaran
akan terasa menjenuhkan bagi siswa yang tidak aktif (tidak juga diberi
pertanyaan rekayasa).
2.
Learning Contract (Kontrak Nilai)
Kontrak belajar adalah
salah satu metode yang dikembangkan guru untuk mengidentifikasi berbagai
kebutuhan siswa dalam pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang hendak
dikerjakan siswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut.[4]
Langkah-langkah penerapan Learning Contract:
a.
Setiap
peserta didik diminta untuk memilih sebuah topik yang akan dipelajari secara
mandiri.
b.
Dorong
peserta didik untuk membuat rencana studi dengan hati-hati. Beri waktu yang
cukup untuk membuat perencanaan.
c.
Minta
peserta didik untuk membuat kontrak tertulis yang mencakup kategori berikut:
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.
·
Pengetahuan
atau kemampuan spesifik yang akan dikuasai,
·
Kegiatan
belajar yang akan dikerjakan,
·
Tanggal
penyerahan.
d.
Diskusi
proposal kontrak belajar dengan peserta didik. Beri saran tentang sumber-sumber
bacaan yang tersedia. Beri masukan untuk perubahan bila perlu.[5]
Variasi:
a.
Buat
kontrak belajar secara berkelompok.
b.
Guru/dosen
memilih topik tertentu atau pilihan terbatas. Tetapi peserta didik tetap diberi
kebebasan dalam memilih cara pengerjaan tugas masing-masing.[6]
3.
Crossword Puzzle (Teka-teki Silang)
Menurut Zaini dkk
(2008: 71) menyatakan bahwa teka-teki dapat digunakan sebagai pembelajaran yang
baik dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung,
bahkan pembelajaran dengan ini dapat melibatkan partisipasi peserta didik
secara aktif sejak awal.[7]
Langkah-langkah
penerapan Crossword Puzzle:
a. Tulislah kata-kata kunci, terminologi atau nama-nama yang berhubungan
dengan materi kuliah yang telah anda berikan.
b. Buatlah kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang telah dipilih
(seperti dalam teka-teki silang). Hitamkan bagian yang tidak diperlukan.
c. Buat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya adalah kata-kata yang telah
dibuat atau dapat juga hanya membuat pernyataan-pernyataan mengarah pada
kata-kata tersebut.
d. Bagikan teka-teki ini kepada peserta didik. Bisa individu atau kelompok.
e. Batasi waktu mengerjakan.
f. Beri hadiah kepada kelompok atau individu yang mengerjakan paling cepat dan
benar.[8]
Menurut Silberman
(2007: 82) langkah-langkahnya antara lain:[9]
a. Langkah pertama adalah mencurahkan gagasan (brainstorming) beberapa
istilah atau nama-nama kunci yang berkaitan dengan pelajaran studi yang telah
anda selesaikan.
b. Susunlah teka-teki silang sederhana, yang mencakup item-item sebanyak yang
anda dapat.
c. Buatlah contoh-contoh item-item silang, gunakan diantara macam-macam
berikut ini:
·
Definisi pendek (“tes
yang digunakan untuk menentukan reliabilitas”)
·
Kategori yang sesuai
dengan item (“jenis gas”)
·
Contoh (“frase a
pleasant peace” adalah contoh untuk ini)
·
Lawan kata (“lawan dari demokrasi”)
d. Bagikan teka-teki kepada peserta didik dengan berkelompok atau individu.
e. Masukan kata yang beresuaian dengan panjang kotak yang tersedia secara
berkesinambungan sampai seluruh kotak terisi penuh.
f. Aturan pengisian kata-kata tersebut berhubungan dengan penyamaan jumlah karakter
pada pengisian kata-kata kedalam kotak teka-teki.
g. Isilah teka-teki tersebut secara mendatar ataupun menurun.
h. Tentukan batasan waktu.
i.
Beri hadiah kepada
individu atau kelompok yang mengerjakan paling cepat dan benar.
Kelebihan metode pembelajaran Crossword Puzzle:
a.
Membuat
inti atau pokok-pokok materi pembelajaran menjadi cepat dan ringkas.
b.
Pembelajaran
menjadi lebih menarik, sehingga membangkitkan minat anak didik.
c.
Siswa
menjadi aktif sejak awal pembelajarannya.
Kekurangan metode pembelajaran Crossword Puzzle:
a.
Apabila
terjadi kesalahan pengisian jawabann pada salah satu kotak jawaban, maka pada
kotak selanjutnya yang berada didekat kotak tersebut (yang berhubungan dengan
kotak tersebut) menjadi salah juga, sehingga menimbulkan kebingungan atau kesulitan
untuk mengisi jawaban pada kotak jawaban yang lain.
b.
Jawaban
yang digunakan biasanya kata-kata yang sulit.
4.
Silent Demonstration (Demonstrasi Bisu)
Strategi
ini dapat digunakan untuk mengajar langkah-langkah suatu proses atau
keterampilan yang lain. Dengan mendemonstrasikan langkah-langkah suatu prosedur
dengan cara diam (bisu), anda mendorong peserta didik untuk tetap menjaga
perhatian. Strategi ini dapat digunakan dengan baik untuk mengajarkan
keterampilan atau materi-materi yang menurut kerja psikomotorik.[10]
Langkah-langkah penerapan Silent Demonstration:
a.
Tentukan
prosedur atau langkah-langkah yang akan diajarkan kepada siswa.
b.
Mintalah
kepada siswa untuk memperhatikan anda mengerjakan prosedur tertentu. Lakukan
dengan penjelasan atau komentar yang seminim mungkin. Tugas anda di sini adalah
memberikan gambaran visual tentang prosedur tersebut. Jangan terlalu berharap
siswa akan banyak mengingat apa yang anda kerjakan. Dalam kesempatan ini anda
hanya dituntut membangun kesiapan belajar mereka.
c.
Bentuk
siswa menjadi pasangan-pasangan. Demosntrasikan lagi bagian peserta dari
prosedur, usahakan tidak terlalu banyak memberi penjelasan. Minta masing-masing
pasangan untuk mendiskusikan apa yang mereka saksikan dari demonstrasi sang
guru.
d.
Minta
beberapa orang untuk menjelaskan apa yang anda lakukan. Jika siswa masih
kesulitan, ulangi lagi demonstrasi anda, komentari observasi yang benar.
e.
Akhiri
dengan memberi tantangan kepada siswa untuk melakukan prosedur dari awal sampai
akhir.[11]
Kelebihan metode pembelajaran Silent Demonstration:
a.
Membuat
peserta didik berkonsentrasi dan memperhatikan dengan baik dan benar apa yang
didemonstrasikan oleh gurunya.
b.
Siswa
menjadi lebih mengerti akan maksud dari isi materi yang disampaikan oleh guru.
Kekurangan metode pembelajaran Silent Demonstration:
a.
Sering
terjadi kesalahan penafsiran praktek (demonstrasi) yang dilakukan guru oleh
siswa.
b.
Tidak
semua materi dapat dilakukan atau digunakan dalam metode ini.
c.
Perlu
dilakukan berulang-ulang, hingga siswa benar-benar mengerti.
[1] Hamruni, Strategi Pembelajaran. (Yogyakarta:
INSAN MADANI), 2012, hal. 179
[2] Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Hal. 46
[3] Agus Suprijono, Cooperative
Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR), 2011, Hal. 113
[4] Http://ideguru.wordpress.com/2010/04/20/model-model-pembelajaran-pakempaikemseri-3/, di akses
pada 10 Oktober 2012, pukul 08:55 WIB.
[5] Hisyam Zaini dkk, Op. Cit., Hal. 64
[6] Ibid., Hal. 66
[7] Http://putranyapermata.wordpress.com/pendidikan/metode-pembelajaran/, diakses
pada 10 Oktober 2012, pukul 09:23 WIB.
[8] Hisyam Zaini dkk, Op. Cit.
[9] Http://putranyapermata.wordpress.com/pendidikan/metode-pembelajaran/, diakses
pada 10 Oktober 2012, pukul 09:23 WIB.
[10] Hisyam Zaini dkk, Op. Cit.. Hal. 79