1. Definisi Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif berorientasi pada proses belajar-
mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi. Prinsip dasar
pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat
komunikasi, b) desain materi harus menekankan proses belajar-mengajar dan bukan
pokok bahasan, dan c) materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk
berkomunikasi secara wajar ( Siahaan dalam Pateda, 1991:86).
Munculnya istilah pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran bahasa diilhami oleh suatu teori yang memandang
bahasa sebagai alat berkomunikasi. Berdasarkan teori tersebut, maka tujuan
pembelajaran bahasa dirumuskan sebagai ikhtisar untuk mengembangkan kemampuan
yang oleh Hymes (11972) disebut kompetensi komunikatif.
Pendekatan komunikatif dalam
pengajaran bahasa muncul pada tahun 1970-an sebagai reaksi terhadap empat
aliran pembelajaran bahasa yang dianut sebelumnya (grammar translation method,
direct method, audiolingual method, dan cognitive learning theory). Keempat
metode itu memiliki ciri yang sama iaitu pembelajaran bahasa dalam bidang
struktur bahasa yang disebut pembelajaran bahasa struktural atau pembelajaran
bahasa yang berdasarkan pendekatan struktural.
Pendekatan
komunikatif adalah pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang menekankan pada
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dalam situasi keseharian.
Beberapa pendapat
tentang pendekatan komunikatif.
P1) Penguasaan secara naluri yang dipunyai
seorang penutur asli untuk menggunakan dan memahami bahasa secara wajar dalam
proses berkomunikasi atau berinteraksi dan dalam hubungannya dengan konteks
sosial (Dell Hymes)
22) Pendekatan yang mengintegrasikan pengajaran
fungsi-fungsi bahasa dan tata bahasa (Little Wood, 1981)
33) Pendekatan yang mendasarkan pandangannya
terhadap penggunaan bahasa sehari-hari secara nyata (M. Soenardi Dwiwandono,
1996)
Dari
pendapat-pendapat di atas tampaknya pendekatan komunikatif ingin ditekankan
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses interaksi antarmanusia.
Komunikasi di sini juga bisa berupa komunikasi lisan maupun tertulis.
Dalam pendekatan komunikatif, yang
menjadi acuan adalah kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan
komunikatif berusaha membuat si terdidik memiliki kecakapan berbahasa. Dengan
sendirinya, acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan
tata bahasa. Dengan kata lain, tata bahasa disajikan bukan sebagai tujuan
akhir, tetapi sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.
Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif
didasarkan pada cara belajar siswa/mahasiswa aktif, yang sekarang dikenal
dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara belajar aktif
merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (1854—1952)
(lihat Pannen, dkk.2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote learning
‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by
doing, yaitu mahasiswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan/
mahasiswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
Dalam pendekatan komunikatif, ada beberapa metode yang dapat
diterapkan, yaitu metode simulasi/ The Simulation Method, dan metode
kaji pengalaman/ The Inquiry Method (Pateda,1991:87). Rumusan yang
hampir sama dinyatakan oleh Slavin (dalam Pannen, dkk. 2001:69) metode-metode
belajar aktif terdiri atas: metode Students Teams Achievement Division (STAD),
metode Team Games Tournament (TGT), dan metode Jingsaw II. Dari
pendapat Slavin ini, penulis hanya menerapkan metode STAD dan metode TGT. Hal
ini dikarenakan metode jingsaw II lebih rumit. Selain mahasiswa, dibagi atas
beberapa kelompok, dosen harus memilih mahasiswa yang tingkat kemampuannya
lebih. Mahasiswa yang tingkat kemampuannya melebihi tingkat kemampuan teman
mereka akan dikelompokan pula menjadi kelompok ahli.
a.
Metode Simulasi/ The Simulation Method
Metode simulasi diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
- Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok paling banyak lima orang.
- Dosen menyediakan topik-topik pembicaraan yang akan dibahas oleh setiap kelompok.
- Dosen berkeliling mengawasi kelompok dan sekali-kali melakukan tilang bahasa.
- Kesalahan umum dibicarakan secara umum.
- Diusahan agar anggota kelompok berani mengemukakan pendapat.
- Dosen mencatat kesalahan yang selalu muncul. Kesalahan ini dapat dimunculkan dalam evaluasi.
- Untuk memperbaiki kesalahan, sebaiknya, si terdidik yang memperbaikinya..
b.
Metode STAD/ Students Teams Achievement
Division
Metode STAD diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
- Penyajian dosen
- Diskusi kelompok mahasiswa
- Tes/kuis/silang tanya antarkelompok
- Penguatan dari dosen
Penyajian dosen mengenai pokok-pokok permasalahan, konsep,
kaidah, dan prinsip-prinsip bidan ilmu. Penyajian dosen dalam bentuk ceramah
dan tanya jawab. Diskusi kelompok dilakukan berdasarkan permasalahan yang
disampaikan oleh dosen. Setelah itu, tes/kuis dilakukan untuk mengetahui hasil
belajar mahasiswa. Terakhir, penguatan dosen dilakukan untuk menyakinkan
keragua-raguan mahasiswa dan silang pendapat antarkelompok dalam diskusi.
c.
Metode TGT/ Team Games Tournament
Metode TGT diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
- Identifikasi masalah
- Pembahasan masalah dalam kelompok
- Presentasi hasil bahasan kelompok/turnamen
- Penguatan oleh dosen
Dalam identifikasi masalah, mahasiswa ditugaskan membaca
sebuah konsep di rumah. Kemudian, konsep itu dipecahkan dalam kelompok. Setelah
itu, pemecahan masalah disajikan dalam bentuk presentasi/turnamen. Dosen dan
beberapa mahasiswa menjadi juri.
d.
Metode
Kaji Pengalaman/ The Inquiry Method
Metode kaji pengalaman diterapkan dengan aturan sebagai
berikut:
1)
Mahasiswa diundang ke depan kelas.
2)
Ia diminta mengemukakan pendapatnya
mengenai topik yang telah disediakan.
3)
Dosen memberanikan si mahsiswa agar
ia dapat mengemukakan pendapat.
4)
Dosen dapat memperbaiki kesalahan
penggunaan bahasa yang dilakukan si mahasiswa.
5)
Para mahasiswa mencatat kesalahan
dan perbaikan yang dibahas bersama-sama.
6)
Kesalahan yang selalu munculdapat
dijadikan bahan evaluasi.
Pendekatan metode dalam pendekatan komunikatif yang
ditawarkan di atas kadang-kadang tidak cocok untuk pokok bahasan tertentu.
Memang di satu sisi, pendekatan komunikatif ini memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan-kelemahan itu mungkin dari sisi mahasiswa, sisi penyusunan bahan, dan
dari sisi dosen/pengajar sendiri.
Akan tetapi, di sisi lain, keempat metode dalam pendekatan
komunikatif itu telah penulis terapkan dan praktikan dalam kuliah bahasa
Indonesia di berbagai fakultas di Universitas Andalas ini. Berdasarkan
pengalaman dan praktik yang penulis lakukan, ternyata, keempat metode itu
efektif digunakan dan mahasiswa tertarik serta aktif mempraktikan bahasa
Indonesia dalam kelas.
2. Prosedur Pembelajaran Komunikatif
Berkenaan dengan prosedur
pembelajaran dalam kelas bahasa yang berdasarkan pendekatan komunikatif,
Finochiaro dan Brumfit (dalam Azies, 1996), menawarkan garis besar kegiatan
pembelajaran untuk tingkat sekolah menengah pertama. Garis besar tersebut
sebagai berikut.
a. Penyajian Dialog
Singkat
Penyajian ini didahului
dengan pemberian motivasi dengan cara menghubungkan situasi dialog dengan
pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan
b. Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan
Pelatihan ini diawali dengan
contoh yang dilakukan oleh guru. Para siswa mengulang contoh lisan gurunya,
baik secara bersama-sama, setengah, kelompok kecil, atau secara individu.
c. Tanya-Jawab
Hal ini dilakukan dua fase.
Pertama, tanya-jawab yang berdasarkan topik dan situasi dialog. Kedua,
tanya-jawab tentang topik itu dikaitkan dengan pengalaman pribadi siswa.
d. Pengkajian
Siswa diajak untuk mengkaji
salah satu ungkapan yang terdapat dalam dialog. Selanjutnya, para siswa diberi
tugas untuk memberikan contoh ungkapan lain yang fungsi komunikatifnya sama.
e. Penarikan Simpulan
Siswa diarahkan untuk membuat
simpulan tentang kaidah tata bahasa yang terkandung dalam dialog.
f. Aktivitas
Interpretatif
Siswa diarahkan untuk
menafsirkan beberapa dialog yang dilisankan.
g. Aktivitas Produksi Lisan
g. Aktivitas Produksi Lisan
Dimulai dari aktivitas
komunikasi terbimbing sampai kepada aktivitas yang bebas.
h. Pemberian Tugas
Memberikan tugas tertulis
sebagai pekerjaan rumah
i. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran
dilakukan secara lisan (Tarigan, 1991).
Sumber: