Rabu, 30 Mei 2012

Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran


1.      Definisi  Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif berorientasi pada proses belajar- mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi. Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi, b) desain materi harus menekankan proses belajar-mengajar dan bukan pokok bahasan, dan c) materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar ( Siahaan dalam Pateda, 1991:86).
Munculnya istilah pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa diilhami oleh suatu teori yang memandang bahasa sebagai alat berkomunikasi. Berdasarkan teori tersebut, maka tujuan pembelajaran bahasa dirumuskan sebagai ikhtisar untuk mengembangkan kemampuan yang oleh Hymes (11972) disebut kompetensi komunikatif.
Pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa muncul pada tahun 1970-an sebagai reaksi terhadap empat aliran pembelajaran bahasa yang dianut sebelumnya (grammar translation method, direct method, audiolingual method, dan cognitive learning theory). Keempat metode itu memiliki ciri yang sama iaitu pembelajaran bahasa dalam bidang struktur bahasa yang disebut pembelajaran bahasa struktural atau pembelajaran bahasa yang berdasarkan pendekatan struktural.
Pendekatan komunikatif adalah pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang menekankan pada kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dalam situasi keseharian.
Beberapa pendapat tentang pendekatan komunikatif.

P1) Penguasaan secara naluri yang dipunyai seorang penutur asli untuk menggunakan dan memahami bahasa secara wajar dalam proses berkomunikasi atau berinteraksi dan dalam hubungannya dengan konteks sosial (Dell Hymes)
22) Pendekatan yang mengintegrasikan pengajaran fungsi-fungsi bahasa dan tata bahasa (Little Wood, 1981)
33) Pendekatan yang mendasarkan pandangannya terhadap penggunaan bahasa sehari-hari secara nyata (M. Soenardi Dwiwandono, 1996)
Dari pendapat-pendapat di atas tampaknya pendekatan komunikatif ingin ditekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses interaksi antarmanusia. Komunikasi di sini juga bisa berupa komunikasi lisan maupun tertulis.
Dalam pendekatan komunikatif, yang menjadi acuan adalah kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan komunikatif berusaha membuat si terdidik memiliki kecakapan berbahasa. Dengan sendirinya, acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan tata bahasa. Dengan kata lain, tata bahasa disajikan bukan sebagai tujuan akhir, tetapi sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.
Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar siswa/mahasiswa aktif, yang sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (1854—1952) (lihat Pannen, dkk.2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote learning ‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu mahasiswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan/ mahasiswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
Dalam pendekatan komunikatif, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, yaitu metode simulasi/ The Simulation Method, dan metode kaji pengalaman/ The Inquiry Method (Pateda,1991:87). Rumusan yang hampir sama dinyatakan oleh Slavin (dalam Pannen, dkk. 2001:69) metode-metode belajar aktif terdiri atas: metode Students Teams Achievement Division (STAD), metode Team Games Tournament (TGT), dan metode Jingsaw II. Dari pendapat Slavin ini, penulis hanya menerapkan metode STAD dan metode TGT. Hal ini dikarenakan metode jingsaw II lebih rumit. Selain mahasiswa, dibagi atas beberapa kelompok, dosen harus memilih mahasiswa yang tingkat kemampuannya lebih. Mahasiswa yang tingkat kemampuannya melebihi tingkat kemampuan teman mereka akan dikelompokan pula menjadi kelompok ahli.
a.        Metode Simulasi/ The Simulation Method
Metode simulasi diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
  1. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok paling banyak lima orang.
  2. Dosen menyediakan topik-topik pembicaraan yang akan dibahas oleh setiap kelompok.
  3. Dosen berkeliling mengawasi kelompok dan sekali-kali melakukan tilang bahasa.
  4. Kesalahan umum dibicarakan secara umum.
  5. Diusahan agar anggota kelompok berani mengemukakan pendapat.
  6. Dosen mencatat kesalahan yang selalu muncul. Kesalahan ini dapat dimunculkan dalam evaluasi.
  7. Untuk memperbaiki kesalahan, sebaiknya, si terdidik yang memperbaikinya..

b.       Metode STAD/ Students Teams Achievement Division
Metode STAD diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
  1. Penyajian dosen 
  2. Diskusi kelompok mahasiswa 
  3. Tes/kuis/silang tanya antarkelompok 
  4. Penguatan dari dosen
Penyajian dosen mengenai pokok-pokok permasalahan, konsep, kaidah, dan prinsip-prinsip bidan ilmu. Penyajian dosen dalam bentuk ceramah dan tanya jawab. Diskusi kelompok dilakukan berdasarkan permasalahan yang disampaikan oleh dosen. Setelah itu, tes/kuis dilakukan untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa. Terakhir, penguatan dosen dilakukan untuk menyakinkan keragua-raguan mahasiswa dan silang pendapat antarkelompok dalam diskusi.

c.        Metode TGT/ Team Games Tournament
Metode TGT diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
  1. Identifikasi masalah
  2. Pembahasan masalah dalam kelompok 
  3. Presentasi hasil bahasan kelompok/turnamen 
  4. Penguatan oleh dosen
Dalam identifikasi masalah, mahasiswa ditugaskan membaca sebuah konsep di rumah. Kemudian, konsep itu dipecahkan dalam kelompok. Setelah itu, pemecahan masalah disajikan dalam bentuk presentasi/turnamen. Dosen dan beberapa mahasiswa menjadi juri.

d.      Metode Kaji Pengalaman/ The Inquiry Method
Metode kaji pengalaman diterapkan dengan aturan sebagai berikut:
1)      Mahasiswa diundang ke depan kelas.
2)      Ia diminta mengemukakan pendapatnya mengenai topik yang telah disediakan.
3)      Dosen memberanikan si mahsiswa agar ia dapat mengemukakan pendapat.
4)      Dosen dapat memperbaiki kesalahan penggunaan bahasa yang dilakukan si mahasiswa.
5)      Para mahasiswa mencatat kesalahan dan perbaikan yang dibahas bersama-sama.
6)      Kesalahan yang selalu munculdapat dijadikan bahan evaluasi.
Pendekatan metode dalam pendekatan komunikatif yang ditawarkan di atas kadang-kadang tidak cocok untuk pokok bahasan tertentu. Memang di satu sisi, pendekatan komunikatif ini memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu mungkin dari sisi mahasiswa, sisi penyusunan bahan, dan dari sisi dosen/pengajar sendiri.
Akan tetapi, di sisi lain, keempat metode dalam pendekatan komunikatif itu telah penulis terapkan dan praktikan dalam kuliah bahasa Indonesia di berbagai fakultas di Universitas Andalas ini. Berdasarkan pengalaman dan praktik yang penulis lakukan, ternyata, keempat metode itu efektif digunakan dan mahasiswa tertarik serta aktif mempraktikan bahasa Indonesia dalam kelas.

2. Prosedur Pembelajaran Komunikatif
Berkenaan dengan prosedur pembelajaran dalam kelas bahasa yang berdasarkan pendekatan komunikatif, Finochiaro dan Brumfit (dalam Azies, 1996), menawarkan garis besar kegiatan pembelajaran untuk tingkat sekolah menengah pertama. Garis besar tersebut sebagai berikut.
a. Penyajian Dialog Singkat
Penyajian ini didahului dengan pemberian motivasi dengan cara menghubungkan situasi dialog dengan pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan
Pelatihan ini diawali dengan contoh yang dilakukan oleh guru. Para siswa mengulang contoh lisan gurunya, baik secara bersama-sama, setengah, kelompok kecil, atau secara individu.
c. Tanya-Jawab
Hal ini dilakukan dua fase. Pertama, tanya-jawab yang berdasarkan topik dan situasi dialog. Kedua, tanya-jawab tentang topik itu dikaitkan dengan pengalaman pribadi siswa.
d. Pengkajian
Siswa diajak untuk mengkaji salah satu ungkapan yang terdapat dalam dialog. Selanjutnya, para siswa diberi tugas untuk memberikan contoh ungkapan lain yang fungsi komunikatifnya sama.
e. Penarikan Simpulan
Siswa diarahkan untuk membuat simpulan tentang kaidah tata bahasa yang terkandung dalam dialog.
f. Aktivitas Interpretatif
Siswa diarahkan untuk menafsirkan beberapa dialog yang dilisankan.
g. Aktivitas Produksi Lisan
Dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing sampai kepada aktivitas yang bebas.
h. Pemberian Tugas
Memberikan tugas tertulis sebagai pekerjaan rumah
i. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dilakukan secara lisan (Tarigan, 1991).

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar