A.
METODE-METODE PEMBELAJARAN AKTIF
Para
ahli telah mengidentifikasi beberapa metode pembelajaran aktif, diantaranya
seperti diuraikan di bawah ini.
1.
Lightening The Learning Climate (Menghidupkan Suasana Belajar)
Suatu
kelas dapat dengan cepat menemukan suasana belajar yang rileks, informal dan
tidak menakutkan dengan meminta peserta didik untuk berbuat humor-humor kreatif
yang berhubungan dengan materi kuliah. Strategi ini sangatlah informal, akan
tetapi pada waktu yang sama dapat mengajak peserta didik untuk berpikir.[1]
Metode Lightening
the Learning Climate adalah metode pembelajaran yang diawali dengan humor
kreatif tentang materi yang akan disampaikan oleh guru. Mengawali pembukan
materi dengan humor dan cerita dapat membuat suasana kelas menjadi lebih nyaman
dan mengurangi suasana formal di kelas serta meringankan iklim belajar di
kelas. Proses pembelajaran yang terlalu formal di kelas dapat membuat kejenuhan
pada peserta didik, sehingga konsentrasi terhadap suatu materi yang disampaikan
oleh guru tidak langsung dapat diterima seutuhnya oleh siswa. Metode Lightening
the Learning Climate (meriangkan iklim belajar/meringankan cara belajar)
merupakan metode pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk
menggungkapkan ide dan pendapatnya pada saat proses pembelajaran dengan
bimbingan dan pengawasan oleh guru.[2]
Langkah-langkah penerapan
Lightening The Learning Climate
a. Jelaskan kepada peserta didik bahwa Anda akan memulai pelajaran/perkuliahan
dengan aktivitas pembuka yang menyenangkan sebelum masuk pada materi yang lebih
serius.
b. Bagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil. Beri masing-masing
kelompok kecil itu satu tugas untuk membuat kegembiraan atau kelucuan dari
topik konsep atau isu dari materi yang Anda ajarkan, sebagai contoh dapat
dimisalkan hal-hal sebagai berikut:
·
Ilmu Pemerintahan;
Gambarkan satu sistem pemerintahan yang menurut Anda paling tidak efektif.
·
Matematika; Buatlah
suatu cara menghitung yang paling tidak efisien.
·
Ilmu Kesehatan; Buatlah
menu makanan yang sama sekali tidak bergizi.
·
Grammar; Tulislah kalimat yang memuat kesalahan-kesalaha grammar sebanyak
mungkin.
·
Teknik; Buatlah satu
jembatan yang nampak akan jatuh.
c. Minta kelompok-kelompok tadi untuk mempresentasikan kreasi mereka. Hargai
setiap kreasi.
d. Tanyakan, “Apa yang mereka pelajari tentang materi kita dari latihan ini?”
e. Guru/dosen memberi penjelasan atau melanjutkan pelajaran dengan materi
lain.[3]
Dalam strategi
pembelajaran Lightening the Learning
Climate (Menghidupkan suasana belajar)
ini guru dapat melakukan beberapa variasi teknik pengelompokan. Salah
satu cara untuk memberikan variasi dalam
pola pengelompokan tersebut adalah dengan menggunakan tiga jenis
kelompok berikut ini:[4]
a. Kelompok Informal
Kelompok informal adalah kelompok yang bersifat
sementara. Pengelompokan ini hanya digunakan dalam suatu periode pengajaran.
Kelompok ini biasanya hanya terdiri dari dua orang peserta didik. Tujuan
kelompok informal adalah untuk menjelaskan harapan akan hasil yang ingin
dicapai, membantu peserta didik untuk lebih bisa fokus pada materi
pembelajaran, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bisa lebih dalam
memproses informasi yang diajarkan atau menyediakan waktu untuk melakukan pengulangan
dan menjangkarkan informasi.
b. Kelompok Formal
Kelompok formal digunakan untuk memastikan bahwa
peserta didik mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan suatu tugas dengan
baik. Lamanya kelompok ini berkerja bisa selama beberapa hari atau bahkan
beberapa minggu tergantung pada tugas atau proyek yang diberikan pada mereka.
c. Kelompok Pendukung
Kelompok pendukung adalah pengelompokan dengan
tenggang waktu yang lebih panjang (misalnya selama satu semester atau satu
tahun). Tujuan adalah memberi suatu dukungan yang berkelanjutan kepada peserta
didik.
Kelebihan metode Lightening the
Learning Climate[5]
a. Peserta didik yang lebih aktif dalam memberikan berbagai umpan balik.
b. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
c. Meningkatkan motivasi dan suasana belajar.
d. Mengajak peserta didik untuk menghargai hasil dari kreasi materinya.
e. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif sejak dimulainya pembelajaran.
f. Melatih rasa peduli, perhatian dan kerelaan untuk berbagi.
g. Meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.
h. Meningkatkan kecerdasan emosional.
i.
Mengutamakan
kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi.
j.
Melatih kemapuan
berkerjasama (team work).
k. Melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.
l.
Peserta didik tidak
malu bertanya kepada temannya sendiri.
Kelemahan metode
pembelajaran Lightening the Learning
Climate[6]
a. Peserta didik mungkin tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkan sebuah
persoalan atau konsep yang menarik atau lucu.
b. Peserta didik yang pintar, bila belum mengerti tujuan yang sesungguhnya dari
proses ini, akan merasa sangat dirugikan karena harus repot-repot membantu
teman kelompoknya.
c. Peserta didik yang pintar juga akan
keberatan karena nilai yang ia peroleh
ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompoknya.
d. Bila kerjasama tidak dapat dijalankan dengan baik, maka yang akan berkerja
hanya beberapa orang peserta didik yang pintar saja.
2.
The Learning Cell (Sel Belajar)
Metode
“Sell Belajar” pertama kali dikembangkan oleh Goldschmid dari Swiss Federal
institute of Technology di Lausanne. Learning Cell menunjuk pada suatu bentuk
belajar kooperatif dalam bentuk pasangan, di mana siswa bertanya dan menjawab
pertanyaan secara bergantian berdasarkan materi bacaan yang sama.[7]
Langkah-langkah penerapan The Learning Cell:[8]
a.
Sebagai
persiapan, siswa diberi tugas membaca suatu bacaan kemudian menulis pertanyaan
yang berhubungan dengan masalah pokok yang muncul dari bacaan atau materi
terkait lainnya.
b.
Pada
awal pertemuan, siswa ditunjuk untuk berpasangan dengan mencari kawan yang
disenangi. Siswa A memulai dengan membacakan pertanyaan pertama dan dijawab
oleh siswa B.
c.
Setelah
mendapatkan jawaban dan mungkin telah dilakukan koreksi atau diberi tambahan
informasi, giliran siswa B mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa
A.
d.
Jika
siswa A selesai mengajukan satu pertanyaan kemudian dijawab oleh siswa B, ganti
B yang bertanya, dan begitu seterusnya.
e.
Selama
berlangsung tanya jawab, guru bergerak dari satu pasangan ke pasangan yang lain
sambil memberi masukan atau penjelasan dengan bertanya atau menjawab
pertanyaan.
Kelebihan metode pembelajaran The Learning Cell:
a.
Siswa
lebih siap dalam menghadapi materi yang akan dipelajari karena siswa telah
memiliki informasi materi yang akan dipelajari melalui berbagai sumber
diantaranya buku, internet, guru dan orang yang ahli dibidang materi tersebut.
b.
Siswa
akan memiliki kepercayaan diri dalam pembelajaran karena pembelajaran ini
menggunakan teman sebaya dalam proses pembelajarannya. Siswa yang ditutori
tidak akan segan-segan dalam memberikan pertanyaan yang tidak dipahami.
Sebaliknya bagi siswa tutor selain pengetahuannya bertambah, kemampuan dalam
mengkomunikasikan ilmu pengetahuan pada teman sebaya meningkat.
c.
Siswa
aktif dalam pembelajaran baik sebelum dan sesudah pembelajaran itu sendiri
maupun pada saat pembelajaran. Hal itu terjadi karena siswa diberi panduan
untuk mencari materi sendiri pada saat setelah atau sebelum pembelajaran dari
berbagai sumber, sedang pada saat pembelajaran siswa yang menjelaskan kembali
materi yang diperoleh kepada siswa.
d.
Kemandirian
siswa dalam proses pembelajaran sangat besar karena siswa dituntut memperoleh
informasi sebelum dan setelah pembelajaran kemudian mengkomunikasikan kembali
materi yang diperoleh pada siswa lainnya pada saat pembelajaran berlangsung.
e.
Hubungan
sosial siswa semakin baik, antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan
siswa dengan orang lainnya. Dalam kelas berorientasi pada siswa, tiap siswa
merupakan seorang siswa sekaligus pengajar.
Kelemahan metode pembelajaran The Learning Cell:[9]
a.
Literature
yang terbatas, namun hal ini dapat diantisipasi dengan menganjurkan siswa untuk
membaca buku-buku yang relevan ataupun melalui internet.
b.
Jika
siswa tidak rajin dalam mencari informasi maka teknik pembelajaran the
learning cell ini menjadi kurang efektif, namun hal ini dapar diantisipasi
oleh guru dengan memberikan motivasi dan penghargaan pada siswa yang
mendapatkan informasi materi pelajaran dari sumber manasaja.
3.
Prediction Guide (Tebak Pelajaran)
Metode
ini digunakan untuk mengaktifkan perhatian siswa sejak dimulai pelajaran sampai
selesai pelajaran. Tujuannya, agar siswa memiliki perhatian yang tinggi tehadap
materi yang akan disampaikan. Metode ini siswa diminta untuk menebak materi apa
yang akan disampaikan dalam pertemuan ini.[10]
Di dalam pengertian
strategi Prediction guide terdiri dari dua kata yaitu
Prediction dan Guide. Dalam kamus inggris- indonesia, Echol mengartikan bahwa
Prediction berarti ramalan, perkiraan atau prediksi. Sedangkan guide berarti buku
pedoman, pandu, memandu, menuntun, atau mempedomani. Jadi, Prediction Guide berarti panduan atau penuntun prediksi. Sedangkan menurut Hisyam Zaini mengartikan prediction guide, sebagai tebak pelajaran.
Prediction dan Guide. Dalam kamus inggris- indonesia, Echol mengartikan bahwa
Prediction berarti ramalan, perkiraan atau prediksi. Sedangkan guide berarti buku
pedoman, pandu, memandu, menuntun, atau mempedomani. Jadi, Prediction Guide berarti panduan atau penuntun prediksi. Sedangkan menurut Hisyam Zaini mengartikan prediction guide, sebagai tebak pelajaran.
Strategi pembelajaran
aktif tipe Prediction Guide ini digunakan untuk melibatkanpeserta didik / siswa
di dalam pembelajaran secara aktif, mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Dalam strategi ini, siswa diminta untuk mengungkapkan pandangan mereka tentang
topik pelajaran semenjak awal dan kemudian menilai kembali pandangan ini pada
akhir pelajaran. Dengan strategi ini, siswa di tuntut untuk aktif dan
diharapkan dapat mempertahankan perhatiannya selama proses pembelajaran
berlangsung. Siswa dituntut untuk mencocokkan prediksi-prediksi mereka dengan
materi yang disampaikan oleh guru maupun yang mereka peroleh dari sumber
belajar.[11]
Langkah-langkan penerapan Prediction Guide:[12]
a.
Guru
menyampaikan topik yang akan disampaikan dalam pertemuan ini.
b.
Bagilah
siswa menjadi beberapa kelompok kecil,
c.
Masing-masing
kelompok diminta untuk menebak materi secara garis besar secara lengkap yang
akan disampaikan oleh guru.
d.
Guru
menyampaikan materi secara interaktif dengan siswanya.
e.
Selama
proses pembelajaran, siswa diminta untuk mengidentifikasi materi yang sesuai dengan tebakannya dengan mencentang atau melingkari atau menggaris
bawahi materi yang sesuai dengan tebakannya.
f.
Di
akhir pembelajaran, siswa diminta menghitung beberapa materi yang sesuai dengan
tebakannya.
Menurut Agus Suprijono dalam bukunya “Cooperative Learning”,
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Tebak Pelajaran, adalah sebagai
berikut:[13]
a.
Tulislah
atau tayangkan melalui CD subject matter dari pelajaran yang akan
disampaikan.
b.
Mintalah
kepada siswa untuk menuliskan kata-kata kunci apa saja yang diprediksikan
muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
c.
Sampaikan
materi pembelajaran secara interaktif.
d.
Selama
proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai
dengan materi yang disampaikan oleh guru.
e.
Di
akhir pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.
[1] Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Kota:
Penerbit), Tahun, Hal. 82
[2] Http://ginigitu.com/lainnya/makalah-metode-pembelajaran.htm, di akses pada 10 Oktober 2012, pukul 09:05 WIB
[3] Hisyam Zaini, Op. Cit.
[4] Http://cicibon.blogspot.com/2012/09/strategi-pembelajaran-lightening.html, di akses
pada 10 Oktober 2012, pukul 08:56 WIB.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR), 2011, Hal. 122
[8] Ibid.
[9] Http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/164/jiptiain--nadhifahni-8158-5-nadhifb-u.pdf, diakses pada 23 November 2012, pukul 13:27 WIB.
[10] Suwardi, Manajemen Pembelajaran, (Surabaya: PT.
Temprina Media Grafika), 2007, Hal. 65
[11] Http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137387-pengertian-strategi-prediction-guide/#ixzz2BmPn349D, di akses pada 10 Oktober 2012,
pukul 08:13 WIB.
[12] Suwardi, Op. Cit.
[13] Agus Suprijono, Op. Cit., Hal. 111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar