BAB
I
RESUME
MATERI
Asas-asas
atau landasan kurikulum
Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan menggunakan acuan dan asas yang berorientasi pada kemanfaatan
hasil pendidikan yang menggunakan kurikulum itu. (Muhammad Ali, 2005: 31). Pada
prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap
pengembangan kurikulum, yaitu:
1.
Landasan
filosofis pengembangan kurikulum
a. Pengertian
filsafat
Istilah filsafat
adalah terjemahan dari bahasa inggris “Pylosofy” yang berasal dari perpaduan dua kata yunani Purba Philien yang
berarti cinta (love) dan Shopia (Wisdom) yang berarti kebijaksanaan. Jadi
secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau love of Wisdom.
Berdasarkan luas lingkup yang menjadi objek kajianya, filsafat dapat di bagi
menjadi dua cabang besar, yaitu : 1). filsafat umum atau falsafat murni ,dan 2).
filsafat khusus atau filsafat terapan.
b. Manfaat
filsafat pendidikan
Pandangan-pandangan filsafat sangat di butuhkan
dalam pendidikan, terutama dalam menentuhkan arah dan tujuan pendidikan
filsafat akan menentuhkan arah kemana peserta didik akan dibawa. Untuk itu
harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan
eksistensinya. (Tim Pengembang MKDP, 2012: 17-19)
c. Kurikulum
dan filsafat pendidikan
Bagi para pengembang kurikulum (Curiculum
developers) yang memiliki pemahaman yang kuat tentang rumusan filasat
kemungkinan akan memberikan dasar yang kuat pula dalam mengambil suatu
keputasan yang tepat dan konsisten. Namun, suatu hal yang perlu di perhatikan
oleh pengembang kurikululm adalah, dalam mengembangkan kurikulum pengembang
tidak hanya menonjolkan atau mementingkan filsafat pribadinya tetapi juga perlu
mempertimbangkan falsafah yang lain, antara lain: falsafah negara, falsafah
lembaga pendidikan, dan stap pengajar atau pendidik.
Pendidikan pada prinsipnya bersifat normatif yang di
tentukan oleh sistem nilai yang dianut. Pandangan mengenai suatu yang baik dan berbagai aspek lainya, tentu berbeda-beda
secara esensial berdasarkan aliran masing-masing. Mengenai hal itu, ada 4
aliran pokok filsafat yang akan membicarakanya, yakni: a). Idealisme b).
arealisme c). Pragmatisme d). Eksistensialisme. (Abdullah Idi, 2007: 68-69)
2.
Landasan
Psikologis Pengembangan Kurikulum
a. Perkembangan
peserta didik dan kurikulum
Pengembangan
kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang
meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta
bagaimana peserta didik belajar. Atas dasar tu terdapat dua cabang psikologi
yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Pemahaman tentang peserta didik sangat penting
dalam pengembangan kurikulum. Melalui kajian tentang perkembangan peserta
didik, diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, baik penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi
atau bahan yang harus disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan
penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran.
Pemahaman
tentang perkembangan peserta didik sebagaimana diuraikan di atas berimplikasi terhadap
perkembangan kurikulum antara lain:
1) Setiap
peserta didik hendaknya di beri kesempatan intuk berkembang sesuai dengan
bakat,minat, dan kebutuhannya.
2) Disamping
di sediahkan pelajaran yng sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari
setiap anak disekolah, juga perlu di sediakan pelajaran pilihan yang sesuaia
dengan minat anak.
3) Lembaga
pendidikan hendaknya menyedihkan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun
akademik. Bagi anak yang berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk
melanjutkan studi kejenjang berikutnya.
4) Kurikulum
memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan nilai/sikap, dan
keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin (Tim
Pengembang MKDP, 2012: 26-29)
b. Teori
belajar dan pengembangan kurikulum.
Untuk merencanakan suatu kurikulum, sangat penting
memilki teori bagaimana pembelajaran ditentukan dan bagaimana kondisi
pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih efisien. Berbagai teori psikologi tentang
cara belajar, setidaknya secara eksplisit, membuat petunjuk-petunjuk akurat
bagi para pendidik untuk dipraktikkan ke anak didik. (Abdullah Idi, 2007:
80-81)
Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian
tentang tingkah laku individu dalam proses belajar. Kajian ini menghasilkan
teori-teori belajar yang dapat dikelompokan ke dalam dua macam aliran, yaitu:
1) Displin
mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa mental manusia terdiri dari
sejumlah daya yang beraneka ragam. Belajar pada prinsipnya adalah melatih
daya-daya mental itu.
2) Psikologi
tingkah laku atau behaviorisme, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia pada
hakikatnya merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan.
Kajian
tentang belajar menurut aliaran psikologi daya banyak menekankan pada
pembentukan daya mental tertentu. Aliran ini berpengaruh pada penyusunan dan
perkembangan kurikulum dalam hal penetuan bahan pelajaran yang menjadi isi
kurikulum. Aliran ini tidak mempersoalkan bentuk bahan yang bagaimana yang
seharusnya menjadi isi kurikulum, melainkan mempersoalkan fungsi suatu jenis
bahan pelajaran itu sendiri. Persoalan yang mungkin dihadapi dalam menerapkan
teori belajar menurut psikologi daya adalah menentukan jenis bahan pelajaran
apa yang terbaik untuk untuk melatih, membentuk, atau mengembangkan kemampuan
menggunahkan otak.
Teori lain yang menjadi cabang utama aliran tingkah
laku adalah teori kognitif. Teori kognitif menekankan pada proses kognisi, yang
merupakan fungsi utama dari intelek atau kecerdasan. Teori tentang proses
kognisi ada yang menekankan pada segi perolehan pemahaman atau insight, yaitu teori gestalt, dan ada
yang menekankan pada proses pengingatan dan kognisi itu sendiri, yaitu teori
pemrosesan informasi.
Teori gestalt ini memandang bahwa perolehan pemahaman
atau insight merupakan ciri asasi dari respons manusia yang diberikan dalam
mempersepsi atau menanggapi lingkungan. Dalam memperoleh pemahaman individu
belajar melalui pengalaman. Kurikulum yang disusun berlandaskan teori ini lebih
menekankan pada bahan-bahan yang bertalian dengan latihan berpikir analitik
melalui pemecahan masalah. Bahan pelajaran disusun dengan mementingkan sruktur
suatu displin ilmu, yakni ide-ide, konsep, maupun teori yang asasi dari cabang
ilmu pengetahuan tertentu.
Teori pemrosesan informasi menekankan kajian pada
proses seseorang dalam menerima, menyimpan, dan mengungkapkan kembali inpormasi
yang diproleh. Teori ini lebih menekankan kajianya pada ingatan dan proses
kognisi. Kurikulum yang disusun dengan berlandaskan pada teori ini menekankan
pada pentingnya pemilihan bahan pelajaran yang informasinya dapat disimpan oleh
siswa dalam ingatan jangka panjang. (Muhammad Ali, 2005: 36-42)
3.
Landasan
Sosiologis pengembangan kurikulum
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum
adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak
dalam pengembangan kurikulum. Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah
proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan. Dengan
pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing
terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu
membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan
harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan
masyarakat tersebut. Karena itu, kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta
didik agar dia mampu bekerja sama, berinteraksi, menyesuiakan diri dengan
kehidupan masyarakat dan mampu menungkatkan harkat dan martabatnya sebagai
makluk yang berbudaya. (Tim Pengembang MKDP, 2012: 36-37)
a.
Masyarakat dan
kurikulum
Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang
diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda atau suatu
kelompok individu yang terorganisasi yang berpikir tentang dirinya sebagai
suatu yang berbeda dengan kolompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat
mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang membedakan
masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini
mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, dan
reaksi seseorang terhadap lingkungannya sangat tergantung kepada kebudayaan
dimana ia hidup.
Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan yang
lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi
anggota masyarakat tersebut. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya
berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal. Akan tetapi,
pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu dan keterkaitannya
dengan lingkungan sosial setempat. Dalam konteks inilah kurikulum sebagai
program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntunan masyarakat. (Tim
Pengembang MKDP, 2012: 37-39)
b.
Kebudayaan dan
kurikulum
Kebudayaan pada dasarnya merupakan
pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu masyarakat. Seluruh nilai
yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan. Kebudayaan
adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga
hal:
1)
Ide, konsep, gagasan, nilai, norma,
dan peraturan.
2)
Kegiatan
3)
Benda hasil karya manusia.
Sekolah mempunyai tugas khusus untuk
memberikan pengalaman kepada para siswa dengan salah satu alat yang disebut
kurikulum. Kurikulum pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir,
berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu, dalam
mengembangkan suatu kurikulum guru perlu memahami kebudayaan.
4.
Landasan
Teknologis Pengembangan Kurikulum
Pembangunan
didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek
terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya
masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera. Di sisi lain, perkembangan iptek
itu sendiri berlangsung semakin cepat, berbarengan dengan persaingan antar bangsa
semakin luas, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan
iptek, yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan
sumber daya manusia supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pemanfataan
serta pengembangan dalam bidang iptek. (Oemar Hamalik, 2011: 22-23)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang
didalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan
media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung
menuntut dunia pendidikan untuk dapa membekali peserta didik agar memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknoligi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan juga
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan. (Tim Pengembang
MKDP, 2012: 43)
BAB II
PEMBAHASAN
Asas-asas
atau Landasan Pengembangan kurikulum
Beberapa pendapat atau teori
mengenai landasan pengembangan kurikulum:
1. Robert S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan
pengembangan kurikulum, yaitu: Philosophy
and the nature of knowledge, society and culture, the individual, dan learning theory. Tyler (1988)
mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang melandasi
suatu kurikulum (school purposes), yaitu:
“Use of philosophy, studies of learners, suggestions from subject specialist,
studies of contemporary life, dan use
of psychology of learning”. (Tim Pengembang MKDP, 2012: 16)
2. Menurut . Ralph W. Tailer, landasan pengembangan kurikulum sebuah
bangunan yang tinggi tentu membutuhkan landasan atau fondasi yang kuat agar
dapat berdiri tegak, kokoh, dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak
memiliki fondasi yang kokoh maka pasti akan cepat hancur. Begitu pula dengan pengembangan
kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan
faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan
kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Menurut
seorang ahli kurikulum bernama Robert S. Zais (976) kurikulum suatu lembaga
pendidikan didasarkan pada lima landasan (foundations). Kurikulum
komponen-komponennya terdiri atas tujuan (aims, goals, objectives), isi/bahan
(content), aktivitas belajar (learning activities), dan evaluasi (evaluation).
Landasan utama dari kurikulum tersebut yaitu landasan filosofis (philosophical
assumption), sedangkan landasan yang lainnya yaitu hakikat ilmu pengetahuan
(epistemology), masyarakat dan kebudayaan (society and culuture), individu
/peserta didik (the individual), dan teori-teori belajar (learning theory).
Senada dengan pendapat Robert S. Zais, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein dan
Hunkins, 1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek
yang melandasi suatu kurikulum. (http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/landasan-pengembangan-kurikulum/)
3. Nasution
(2001) dalam bukunya ”Asas-asas kurikulum” adalah sebagai berikut:
a.
Asas Filosofis
yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara
dan bangsa.
b.
Asas Psikologis
yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni: 1) Psikologi anak
dan perkembangan anak; 2) Psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak.
c.
Asas Sosiologis
yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan
manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan , dan lain-lain
d.
Asas Organisatoris
yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.
4. Boyd
(1984) dalam Rumli, (2004:15) mengemukakan sebagai berikut :
Pengembangan
suatu kurikulum diperlukan untuk:
a. Merespon
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Merespon
terhadap perubahan sosial di luar sistem pendidikan;
c. Memenuhi
kebutuhan khusus;
d. Merespon
kemajuan dalam pendidikan, dan
e. Merespon
terhadap perubahan sistem pendidikan itu sendiri.
Dari
kelima hal tentang perlunya pengembangan kurikulum yang dikemukan Boyd diatas,
dapat kita pahami bahwa dalam pengembangan kurikulum dibutuhkan landasan/
pondasi yang kuat serta didasarkan dari pemikiran, kajian dan penelitian yang
baik, hal ini sejalan dengan pendapat Zais (1976:101) yang mengemukakan empat
landasan pengembangan kurikulum, yaitu : the nature of knowledge,
society and culture, the individual, and learning theory.
5. Sedangkan
Tyler (1949: 5 - 37) mengemukakan beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum,
yaitu : use of philosophy, studies of learners, suggestion from subject specialists,
studies of contemporary life, dan use psychology of learning. Sejalan
dengan pendapat Zais, Lawton (1978) yang kami kutip dari Sanjaya (2008:38) juga
menggambarkan bahwa yang seharusnya menjadi sumber landasan kurikulum meliputi
landasan filosofis, landasan sosialcultural dan landasan psikologis.
a. Landasan
Filosofis
Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik
akan dibawa, filsafat merupakan "perangkat nilai-nilai yang melandasi dan
membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang
dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang
dianut oleh perorangan akan sangat mernpengaruhi terhadap tujuan pendidikan
yang ingin dicapai" (Sukmadinata, 2004), sejalan dengan pendapat diatas,
Sanjaya (2008) mengatakan “ proses pengembangan kurikulum menurut Zais, harus
dimulai dengan asumsi-asumsi pilosofis sebagai sistem nilai (value system)
atau pandangan hidup suatu bangsa. Berdasarkan asas filosofis itulah selanjutnya
ditentukan tentang hakikat pengetahuan, sosiokultural, hakikat anak didik, dan
teoriteori belajar. Inilah yang menjadi dasar/ landasan dalam pengembangan
kurikulum.
Plato menyebut filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Filsafat
berupaya mengkaji berbagai masalah yang ddihadapi manusia, termasuk masalah
pendidikan. Menurut Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat
yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan
pendidikan di Indonesia pada khususnya. Ketiga system filsafat tersebut, yaitu
idealisme, realisme, dan pragmatisme. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella
Yulaelawati yang dikutip Akhmad Sudrajat, di bawah ini diuraikan tentang isi
dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan
kurikulum.
1) Perenialisme
2)
Essensialisme
3)
Eksistensialisme
4)
Progresivisme
5)
Rekonstruktivisme
b.
Landasan
Psikologi
Menurut Sukmadinata (2004:46) “minimal ada dua
bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum di sekolah, yaitu
psikologi perkembangan dan psikologi belajar “.
1) Psikologi
perkembangan
Psikologi
perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan
spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. Ada tiga pendekatan
tentang perkembangan individu yaitu : 1) Pendekatan pentahapan (stage
approach); 2) Pendekatan diferensial (differential approach); dan 3)
Pendekatan ipsativ (ipsative approach).
2) Psikologi
Belajar.
“Psikologi
belajar merupakan suatu cabang studi tentang bagimana individu belajar. Belajar
dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman,
segala perubahan perilaku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun
psikomotor dan terjadi proses pengalaman dapat diketegorikan sebagai perilaku
belajar" (Susilana, 2006). Menurut Bigge dan Hunt ( dalam Sukmadinata,
2004) ada tiga keluarga atau rumpun teori belajar yaitu : teori disiplin
mental, teori behaviorisme, dan teori Cognitive Gestalt Field.
c. Landasan
Sosiologis
Payne (dalam Nasution, 2004: 4)
memandang sosiologi pendidikan sebagai "studi yang komprehensif tentang
segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi
pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang
dapat bertalian dengan proses belajar dan sosiolisasi, akan tetapi juga segala
sesuatu dalam pendidikan yang dapat dikenakan analisis sosiologis".
Menurut Calhoun. Light, dan Keller (dalam Susilana, 2006:28) memaparkan tujuh
fungsi sosial pendidikan, yaitu : 1) mengajar keterampilan, 2) mentransmisikan
budaya, 3) mendorong adaptasi lingkungan, 4) membentuk kedisiplinan, 5)
mendorong bekerja berkelompok, 6) meningkatkan perilaku etik, dan 7) memilih
bakat dan memberi penghargaan prestasi. Baharudin (2008:23) dalam karya
ilmiahnya mengemukakan bahwa: ”Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat
akan mengubah pula kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kebutuhan masyarakat juga
dipengaruhi oleh kondisi dari masyarakat itu sendiri. Kebutuhan masyarakat kota
berbeda dengan kebutuhan masyarakat desa, kebutuhan masyarakat tradisional
berbeda dengan masyarakat modern. Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan
pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan
sosial setempat. Lingkungan sosial bidaya merupakan sumber daya yang mencakup
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan masyarakat menuntut
tersedianya proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan
yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa
kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan
masyarakat”. Sejalan dengan pendapat di atas Sukmadinata (2007: 106-108)
menjelaskan bahwa pendidikan tidak berlangsung diruang hampa tetapi dalam
lingkungan sosial budaya tertentu, peserta didik datang dari berbagai
lingkungan dan membawa ciri-ciri sosial budaya tertentu, mereka dididik dan
disiapkan untuk hidup dan bekerja dalam lingkungan sosial budaya tertentu pula.
Mereka dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan kemampuan yang sesuai
karakteristik dan perkembangan dalam lingkungan sosial budaya, lingkungan
sosial budaya disini dalam arti yang cukup luas bukan hanya berkenaan dengan
nilai-nilai tetapi juga berkenaan dengan prilaku dan pola hidup masyarakat,
kebutuhan dan tuntutan masyarakat, perkembangan dan tuntutan dunia kerja,
bahkan tuntutan dan perkembangan dunia global.
d. Landasan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Baharudin (2008:24) berpendapat bahwa
“perkembangan IPTEK secara langsung akan menjadi isi / materi pendidikan,
sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk
membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi. Mengingat pendidikan
merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat
yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan
dan teknologi”.
Menurut kami, berdasarkan rumusan-rumusan tentang
Asas-asas atau landasan-landasan pengembangan kurikulum yang disajikan di atas pada akhirnya akan
membawa kita sampai pada satu pendapat, bahwa landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu
gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan
yang sangat penting. Sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah
bangunan gedung yang tidak menggunakan landasan atau fondasi yang kuat, maka
ketika diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan
roboh. Kurikulum disusun untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan
peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan
jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum baik pada tahap
kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum sebagai hasil dalam
pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat dan kokoh,
agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan
pendidikan yang ingin dihasilkan.
Dalam pengembangan kurikulum perlu diperhatikan
karena setiap bangsa memiliki sosial budaya yang berbeda satu sama lain,
sehingga ketika kurikulum itu dilaksanakan akan mudah diterima oleh masyarakat
dimana kurikulum diterapkan. Siswa harus dibekali dengan kemampuan hidup dan
menghadapi kehidupan yang begitu kompleks dan terus-menerus berubah. Untuk
membekali kemampuan hidup dan menghadapi kehidupan, maka faktor-faktor tertentu
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti sumber daya alam, perubahan
populasi, migrasi, dan arah perubahan sosial serta kajian para ahli yang
berkompeten harus dijadikan sebagai landasan pengembangan kurikulum.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan menggunakan acuan dan asas yang berorientasi pada kemanfaatan
hasil pendidikan yang menggunakan kurikulum itu. (Muhammad Ali, 2005: 31). Pada
prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap
pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Landasan
filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia,
hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum. Asumsi-asumsi filosofis tersebut berimplikasi pada
perumusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan
strategi, serta pada peranan peserta didik dan peranan pendidik.
2. Landasan
psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan
titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang harus
menjadi acuan, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3. Landasan
sosiologis, adalah asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi yang
dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakteristik sosial
budaya dimana peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang
akan dikembangkan.
4. Landasan
ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasi-hasil riset
atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum. Sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2005. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: PT. Trigenda Karya.
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Praktik. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
sangat membantu.
BalasHapus