Senin, 29 Juli 2013

Asas atau Landasan Pengembangan Kurikulum



BAB I
RESUME MATERI
Asas-asas atau landasan kurikulum
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan menggunakan acuan dan asas yang berorientasi pada kemanfaatan hasil pendidikan yang menggunakan kurikulum itu. (Muhammad Ali, 2005: 31). Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:
1.      Landasan filosofis pengembangan kurikulum
a.       Pengertian filsafat
Istilah filsafat adalah terjemahan dari bahasa inggris “Pylosofy” yang berasal dari  perpaduan dua kata yunani Purba Philien yang berarti cinta (love) dan Shopia (Wisdom) yang berarti kebijaksanaan. Jadi secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau love of Wisdom. Berdasarkan luas lingkup yang menjadi objek kajianya, filsafat dapat di bagi menjadi dua cabang besar, yaitu : 1). filsafat umum atau falsafat murni ,dan 2). filsafat khusus atau filsafat terapan.
b.      Manfaat filsafat pendidikan
Pandangan-pandangan filsafat sangat di butuhkan dalam pendidikan, terutama dalam menentuhkan arah dan tujuan pendidikan filsafat akan menentuhkan arah kemana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya. (Tim Pengembang MKDP, 2012: 17-19)
c.       Kurikulum dan filsafat pendidikan
Bagi para pengembang kurikulum (Curiculum developers) yang memiliki pemahaman yang kuat tentang rumusan filasat kemungkinan akan memberikan dasar yang kuat pula dalam mengambil suatu keputasan yang tepat dan konsisten. Namun, suatu hal yang perlu di perhatikan oleh pengembang kurikululm adalah, dalam mengembangkan kurikulum pengembang tidak hanya menonjolkan atau mementingkan filsafat pribadinya tetapi juga perlu mempertimbangkan falsafah yang lain, antara lain: falsafah negara, falsafah lembaga pendidikan, dan stap pengajar atau pendidik.
Pendidikan pada prinsipnya bersifat normatif yang di tentukan oleh sistem nilai yang dianut. Pandangan mengenai suatu yang baik  dan berbagai aspek lainya, tentu berbeda-beda secara esensial berdasarkan aliran masing-masing. Mengenai hal itu, ada 4 aliran pokok filsafat yang akan membicarakanya, yakni: a). Idealisme b). arealisme c). Pragmatisme d). Eksistensialisme. (Abdullah Idi, 2007: 68-69)
2.      Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
a.       Perkembangan peserta didik dan kurikulum
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Atas dasar tu terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Pemahaman tentang peserta didik sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Melalui kajian tentang perkembangan peserta didik, diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran.
Pemahaman tentang perkembangan peserta didik sebagaimana diuraikan di atas berimplikasi terhadap perkembangan kurikulum antara lain:
1)      Setiap peserta didik hendaknya di beri kesempatan intuk berkembang sesuai dengan bakat,minat, dan kebutuhannya.
2)      Disamping di sediahkan pelajaran yng sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap anak disekolah, juga perlu di sediakan pelajaran pilihan yang sesuaia dengan minat anak.
3)      Lembaga pendidikan hendaknya menyedihkan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun akademik. Bagi anak yang berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi kejenjang berikutnya.
4)      Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin (Tim Pengembang MKDP, 2012: 26-29)

b.      Teori belajar dan pengembangan kurikulum.
Untuk merencanakan suatu kurikulum, sangat penting memilki teori bagaimana pembelajaran ditentukan dan bagaimana kondisi pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih efisien. Berbagai teori psikologi tentang cara belajar, setidaknya secara eksplisit, membuat petunjuk-petunjuk akurat bagi para pendidik untuk dipraktikkan ke anak didik. (Abdullah Idi, 2007: 80-81)
Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang tingkah laku individu dalam proses belajar. Kajian ini menghasilkan teori-teori belajar yang dapat dikelompokan ke dalam dua macam aliran, yaitu:
1)      Displin mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa mental manusia terdiri dari sejumlah daya yang beraneka ragam. Belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental itu.
2)      Psikologi tingkah laku atau behaviorisme, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia pada hakikatnya merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan.
Kajian tentang belajar menurut aliaran psikologi daya banyak menekankan pada pembentukan daya mental tertentu. Aliran ini berpengaruh pada penyusunan dan perkembangan kurikulum dalam hal penetuan bahan pelajaran yang menjadi isi kurikulum. Aliran ini tidak mempersoalkan bentuk bahan yang bagaimana yang seharusnya menjadi isi kurikulum, melainkan mempersoalkan fungsi suatu jenis bahan pelajaran itu sendiri. Persoalan yang mungkin dihadapi dalam menerapkan teori belajar menurut psikologi daya adalah menentukan jenis bahan pelajaran apa yang terbaik untuk untuk melatih, membentuk, atau mengembangkan kemampuan menggunahkan otak.
Teori lain yang menjadi cabang utama aliran tingkah laku adalah teori kognitif. Teori kognitif menekankan pada proses kognisi, yang merupakan fungsi utama dari intelek atau kecerdasan. Teori tentang proses kognisi ada yang menekankan pada segi perolehan pemahaman atau insight, yaitu teori gestalt, dan ada yang menekankan pada proses pengingatan dan kognisi itu sendiri, yaitu teori pemrosesan informasi.
Teori gestalt ini memandang bahwa perolehan pemahaman atau insight merupakan ciri asasi dari respons manusia yang diberikan dalam mempersepsi atau menanggapi lingkungan. Dalam memperoleh pemahaman individu belajar melalui pengalaman. Kurikulum yang disusun berlandaskan teori ini lebih menekankan pada bahan-bahan yang bertalian dengan latihan berpikir analitik melalui pemecahan masalah. Bahan pelajaran disusun dengan mementingkan sruktur suatu displin ilmu, yakni ide-ide, konsep, maupun teori yang asasi dari cabang ilmu pengetahuan tertentu.
Teori pemrosesan informasi menekankan kajian pada proses seseorang dalam menerima, menyimpan, dan mengungkapkan kembali inpormasi yang diproleh. Teori ini lebih menekankan kajianya pada ingatan dan proses kognisi. Kurikulum yang disusun dengan berlandaskan pada teori ini menekankan pada pentingnya pemilihan bahan pelajaran yang informasinya dapat disimpan oleh siswa dalam ingatan jangka panjang. (Muhammad Ali, 2005: 36-42)
3.      Landasan Sosiologis pengembangan kurikulum
 Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut. Karena itu, kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar dia mampu bekerja sama, berinteraksi, menyesuiakan diri dengan kehidupan masyarakat dan mampu menungkatkan harkat dan martabatnya sebagai makluk yang berbudaya. (Tim Pengembang MKDP, 2012: 36-37)
a.         Masyarakat dan kurikulum
Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda atau suatu kelompok individu yang terorganisasi yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kolompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang membedakan masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, dan reaksi seseorang terhadap lingkungannya sangat tergantung kepada kebudayaan dimana ia hidup.
Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan yang lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal. Akan tetapi, pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu dan keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat. Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntunan masyarakat. (Tim Pengembang MKDP, 2012: 37-39)
b.      Kebudayaan dan kurikulum
Kebudayaan pada dasarnya merupakan pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu masyarakat. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga hal:
1)      Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, dan peraturan.
2)      Kegiatan
3)      Benda hasil karya manusia.
Sekolah mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para siswa dengan salah satu alat yang disebut kurikulum. Kurikulum pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu, dalam mengembangkan suatu kurikulum guru perlu memahami kebudayaan.

4.      Landasan Teknologis Pengembangan Kurikulum
Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera. Di sisi lain, perkembangan iptek itu sendiri berlangsung semakin cepat, berbarengan dengan persaingan antar bangsa semakin luas, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan iptek, yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan sumber daya manusia supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pemanfataan serta pengembangan dalam bidang iptek. (Oemar Hamalik, 2011: 22-23)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapa membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknoligi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan. (Tim Pengembang MKDP, 2012: 43)









BAB II
PEMBAHASAN
Asas-asas atau Landasan Pengembangan kurikulum
Beberapa pendapat atau teori mengenai landasan pengembangan kurikulum:
1.      Robert  S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu: Philosophy and the nature of knowledge, society and culture, the individual, dan learning theory. Tyler (1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum (school purposes), yaitu: “Use of philosophy, studies of learners, suggestions from subject specialist, studies of contemporary life, dan use of psychology of learning”. (Tim Pengembang MKDP, 2012: 16)
2.      Menurut . Ralph W. Tailer, landasan pengembangan kurikulum sebuah bangunan yang tinggi tentu membutuhkan landasan atau fondasi yang kuat agar dapat berdiri tegak, kokoh, dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh maka pasti akan cepat hancur. Begitu pula dengan pengembangan kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Menurut seorang ahli kurikulum bernama Robert S. Zais (976) kurikulum suatu lembaga pendidikan didasarkan pada lima landasan (foundations). Kurikulum komponen-komponennya terdiri atas tujuan (aims, goals, objectives), isi/bahan (content), aktivitas belajar (learning activities), dan evaluasi (evaluation). Landasan utama dari kurikulum tersebut yaitu landasan filosofis (philosophical assumption), sedangkan landasan yang lainnya yaitu hakikat ilmu pengetahuan (epistemology), masyarakat dan kebudayaan (society and culuture), individu /peserta didik (the individual), dan teori-teori belajar (learning theory). Senada dengan pendapat Robert S. Zais, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein dan Hunkins, 1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum. (http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/landasan-pengembangan-kurikulum/)
3.      Nasution (2001) dalam bukunya ”Asas-asas kurikulum” adalah sebagai berikut:
a.       Asas Filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara dan bangsa.
b.      Asas Psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni: 1) Psikologi anak dan perkembangan anak; 2) Psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak.
c.       Asas Sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan , dan lain-lain
d.      Asas Organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.
4.      Boyd (1984) dalam Rumli, (2004:15) mengemukakan sebagai berikut :
Pengembangan suatu kurikulum diperlukan untuk:
a.       Merespon kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b.      Merespon terhadap perubahan sosial di luar sistem pendidikan;
c.       Memenuhi kebutuhan khusus;
d.      Merespon kemajuan dalam pendidikan, dan
e.       Merespon terhadap perubahan sistem pendidikan itu sendiri.
Dari kelima hal tentang perlunya pengembangan kurikulum yang dikemukan Boyd diatas, dapat kita pahami bahwa dalam pengembangan kurikulum dibutuhkan landasan/ pondasi yang kuat serta didasarkan dari pemikiran, kajian dan penelitian yang baik, hal ini sejalan dengan pendapat Zais (1976:101) yang mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : the nature of knowledge, society and culture, the individual, and learning theory.
5.      Sedangkan Tyler (1949: 5 - 37) mengemukakan beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum, yaitu : use of philosophy, studies of learners, suggestion from subject specialists, studies of contemporary life, dan use psychology of learning. Sejalan dengan pendapat Zais, Lawton (1978) yang kami kutip dari Sanjaya (2008:38) juga menggambarkan bahwa yang seharusnya menjadi sumber landasan kurikulum meliputi landasan filosofis, landasan sosialcultural dan landasan psikologis.
a.       Landasan Filosofis
Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa, filsafat merupakan "perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mernpengaruhi terhadap tujuan pendidikan yang ingin dicapai" (Sukmadinata, 2004), sejalan dengan pendapat diatas, Sanjaya (2008) mengatakan “ proses pengembangan kurikulum menurut Zais, harus dimulai dengan asumsi-asumsi pilosofis sebagai sistem nilai (value system) atau pandangan hidup suatu bangsa. Berdasarkan asas filosofis itulah selanjutnya ditentukan tentang hakikat pengetahuan, sosiokultural, hakikat anak didik, dan teoriteori belajar. Inilah yang menjadi dasar/ landasan dalam pengembangan kurikulum.
Plato menyebut filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Filsafat berupaya mengkaji berbagai masalah yang ddihadapi manusia, termasuk masalah pendidikan. Menurut Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada khususnya. Ketiga system filsafat tersebut, yaitu idealisme, realisme, dan pragmatisme. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati yang dikutip Akhmad Sudrajat, di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
1)      Perenialisme
2)      Essensialisme
3)      Eksistensialisme
4)      Progresivisme
5)      Rekonstruktivisme
b.        Landasan Psikologi
 Menurut Sukmadinata (2004:46) “minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum di sekolah, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar “.
1)      Psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. Ada tiga pendekatan tentang perkembangan individu yaitu : 1) Pendekatan pentahapan (stage approach); 2) Pendekatan diferensial (differential approach); dan 3) Pendekatan ipsativ (ipsative approach).
2)      Psikologi Belajar.
“Psikologi belajar merupakan suatu cabang studi tentang bagimana individu belajar. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman, segala perubahan perilaku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi proses pengalaman dapat diketegorikan sebagai perilaku belajar" (Susilana, 2006). Menurut Bigge dan Hunt ( dalam Sukmadinata, 2004) ada tiga keluarga atau rumpun teori belajar yaitu : teori disiplin mental, teori behaviorisme, dan teori Cognitive Gestalt Field.
c.       Landasan Sosiologis
Payne (dalam Nasution, 2004: 4) memandang sosiologi pendidikan sebagai "studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat bertalian dengan proses belajar dan sosiolisasi, akan tetapi juga segala sesuatu dalam pendidikan yang dapat dikenakan analisis sosiologis". Menurut Calhoun. Light, dan Keller (dalam Susilana, 2006:28) memaparkan tujuh fungsi sosial pendidikan, yaitu : 1) mengajar keterampilan, 2) mentransmisikan budaya, 3) mendorong adaptasi lingkungan, 4) membentuk kedisiplinan, 5) mendorong bekerja berkelompok, 6) meningkatkan perilaku etik, dan 7) memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi. Baharudin (2008:23) dalam karya ilmiahnya mengemukakan bahwa: ”Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat akan mengubah pula kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi dari masyarakat itu sendiri. Kebutuhan masyarakat kota berbeda dengan kebutuhan masyarakat desa, kebutuhan masyarakat tradisional berbeda dengan masyarakat modern. Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat. Lingkungan sosial bidaya merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat”. Sejalan dengan pendapat di atas Sukmadinata (2007: 106-108) menjelaskan bahwa pendidikan tidak berlangsung diruang hampa tetapi dalam lingkungan sosial budaya tertentu, peserta didik datang dari berbagai lingkungan dan membawa ciri-ciri sosial budaya tertentu, mereka dididik dan disiapkan untuk hidup dan bekerja dalam lingkungan sosial budaya tertentu pula. Mereka dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan kemampuan yang sesuai karakteristik dan perkembangan dalam lingkungan sosial budaya, lingkungan sosial budaya disini dalam arti yang cukup luas bukan hanya berkenaan dengan nilai-nilai tetapi juga berkenaan dengan prilaku dan pola hidup masyarakat, kebutuhan dan tuntutan masyarakat, perkembangan dan tuntutan dunia kerja, bahkan tuntutan dan perkembangan dunia global.
d.      Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
 Baharudin (2008:24) berpendapat bahwa “perkembangan IPTEK secara langsung akan menjadi isi / materi pendidikan, sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi. Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi”.
Menurut kami, berdasarkan rumusan-rumusan tentang Asas-asas atau landasan-landasan pengembangan kurikulum  yang disajikan di atas pada akhirnya akan membawa kita sampai pada satu pendapat, bahwa landasan pengembangan  kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting. Sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak menggunakan landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan roboh. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan.
Dalam pengembangan kurikulum perlu diperhatikan karena setiap bangsa memiliki sosial budaya yang berbeda satu sama lain, sehingga ketika kurikulum itu dilaksanakan akan mudah diterima oleh masyarakat dimana kurikulum diterapkan. Siswa harus dibekali dengan kemampuan hidup dan menghadapi kehidupan yang begitu kompleks dan terus-menerus berubah. Untuk membekali kemampuan hidup dan menghadapi kehidupan, maka faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti sumber daya alam, perubahan populasi, migrasi, dan arah perubahan sosial serta kajian para ahli yang berkompeten harus dijadikan sebagai landasan pengembangan kurikulum.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan menggunakan acuan dan asas yang berorientasi pada kemanfaatan hasil pendidikan yang menggunakan kurikulum itu. (Muhammad Ali, 2005: 31). Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:
1.      Landasan filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Asumsi-asumsi filosofis tersebut berimplikasi pada perumusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik dan peranan pendidik.
2.      Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang harus menjadi acuan, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3.      Landasan sosiologis, adalah asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakteristik sosial budaya dimana peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
4.      Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasi-hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.



DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2005. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: PT. Trigenda Karya.
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Praktik. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.




           

1 komentar: