Senin, 29 Juli 2013

Jenis-jenis Pengembangan Kurikulum

BAB I
RESUME MATERI

Jenis Pengembangan Kurikulum
Dalam kurikulum nasioal, semua program belajar sudah baku, dan siap untuk digunakan oleh pendidikan atau guru. Kurikulum yang demikian sering bersifat resmi dan dikenal dengan ideal curriculum, yakni kurikulum yang masih berbentuk cita-cita. Kurikulum yang masih berbentuk cita-cita ini masih perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang berbentuk pelaksanaan, yang dilaksanakan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar.
Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas organisatoris, yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Menurut Abdullah Idi dalam bukunya “Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik”, ada tiga pola organisasi kurikulum, yang dikenal juga dengan sebutan jenis-jenis kurikulum atau tipe-tipe kurikulum. Jenis-jenis tersebut adalah:
1.      Separated Subject Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum mataplajaran yang terpisah satu sama lainnya. kurikulum matapelajaran terpisah (separated subject curriculum) berarti kurikulumnya dalam bentuk matapelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang mempunyai keterkaitan dengan matapelajaran lainnya. konsekuensinya, anak didik harus semakin banyak mengambil matapelajaran.
Kurikulum matapelajaran dapat menetapkan syarat-syarat minimum yang harus dikuasai anak, sehingga anak didik bisa naik kelas. Biasanya bahan pelajaran dan textboook merupakan alat dan sumber utama pelajaran (Abdullah Idi, 2007: 142)
2.      Collerated Curriculum
Kurikulum jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah matapelajaran dihubungkan antara yang satu dengan yang lain, sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas.

3.      Broad Fields Curriculum
Kurikulum Broad Fields kadang-kadang disebut kurikulum fusi. Taylor dan Alexander menyebutkan dengan sebutan The Broad Field of Subject Matter. Broad Field menghapuskan batas-batas dan menyatukan matapelajaran (subject matter) yang berhubungan erat.
Hilda taba mengatakan bahwa The Broad Fields curriculum is essentially an effort to automatization of curriculum by combining several specific areas large fields (The broad fields curriculum adalah usaha meningkatkan kurikulum dengan mengombinasikan beberapa matapelajaran) (Abdullah Idi, 2007: 144)
4.      Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu (integrated curriculum) merupakan suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusiya degan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau matapelajaran.
Kurikulum jenis ini membuka kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan kerja kelompok, masyarakat dan lingkungan sebagai sumber belajar, mememntingkan perbedaan individual anak didik, dan dalam perencanaan pelajaran siswa diikutsertakan. Kurikulum terpadu sangat mengutamakan agar anak didik dapat memiliki sejumlah pengetahuan secara fungsional dan mengutamakan proses belajarnya.
Yang dimaksdukan cara memperoleh ilmu tersebut dikelompokkan berhubungan dengan usaha memecahkan masalah yang ada. Sebagai contoh, dengan belajar membuat radio, anak didik sekaligus mempelajari hal-hal lain yang berkaitan dengan listrik, siara, penerimaan, dan sebagainya (Abdullah Idi, 2007: 147).
Berbeda halnya seperti yang dikemukakan Sukmadinata, paling tidak terdapat empat jenis kurikulum yang penting diketahui sebagai dasar melakukan pengembangan kurikulum ke arah lebih baik dengan melihat perkembangan masyarakat yang semakin maju dan kompleks.
1.      Kurikulum Subjek Akademis
Jenis ini adlah jenis tertua karena digunakan sejak sistem sekolah pertama sekali diperkenalkan. Kurikulum ini berawal dari konsep pendidikan klasik seperti perrenialisme dan essensialisme yang selalu berorientasi pada nilai-nilai masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah upaya menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu yang berkembang.
Karena ini jenis kurikulum ini lebih mementingkan pengetahuan, maka coraknya lebih bersifat intelektual. Bahkan nama-nama yang tercantum dalam kurikulum hampir sama dengan nama-nama disiplin keilmuan yag ada, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman, dna begitu seterusnya. (Abdurrahmansyah, 2009: 103)
2.      Kurikulum Humanistik
Jenis kurikulum ini perancangannya lebih berpusat pada siswa, karena itu sering disebut dengan learner based curriculum dan memandang pengajaran lebih holistik di mana belajar di fokuska dengan arah yang jelas untuk membantu pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal.
Pengembangan kurikulum ini menekankan pada pelayanan peserta didik menemukan makna dalam belajar sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, serta mengakomodasi kebutuhan pengembangan kemampuan, minat, bakat dan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik.
Pendekatana ini mengedepankan model pembelajaran interdisipliner atau integrated curriculum yang didasarkan pada psikologi humanistik di mana pengembangan individu sama pentingnya dengan isi yang akan diajarkan.
3.      Jenis Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan jenis kurikulum yang telah dibicarakan sebelumnya. Kurikulum ini memusatkan perhatian pada problem sosial yang dihadapi masyarakat. Dasar pemikiran kurikulum ini lebih dekat dengan alira interaksional. Pandagan dasar jenis kurikulum ini adalah bahwa pendidikan bukanlah urusan pribadi tetapi kerja kolektif dan urusan bersama yang melibatkan guru, siswa, dan masyarakat.
4.      Jenis Kurikulumm Teknologis
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyakarat global menghendaki adanya pola perkembangan teknologi. Untuk itu jenis pengembangan kurikulum yang memperhatikan perkembangan teknologi penting untuk diapresiasi.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Separated Subject Curriculum
Kurikulum matapelajaran dapat menetapkan syarat-syarat minimum yang harus dikuasai anak, sehingga anak didik bisa naik kelas. Biasanya bahan pelajaran dan textbook merupakan alat dan sumber utama pelajaran.
Kurikulum mata pelajaran atau subject curriculum  terdiri dari matapelajaran yang terpisah-pisah, dan subject itu merupakan himpunan pengalaman dan pengetahuan yang diorganisasikan secara logis dan sistematis oleh apra ahli kurikulum (experts). Kalau kita lihat gambar berikut, dihadapkan akan semakin jelas kurikulum matapelajaran.














 


Balaghah
 
Qiraat
 
Muhadatsah
 
                                   

                       
                        Gambar 4. Separated Subject Curriculum

Jika kita perhatikan gambar diatas, akan tampak di benak kita bahwa kurikulum matapelajaran ini menghendaki anak didik untuk mengambil matapelajaran yang lebih banyak. Misalnya, dari gambar di atas, bahasa Arab matapelajaran khat, imla’, qiraat, sharaf, nahwu, muhadatsah, dan balaghah.
2.      Collerated Curriculum
Pada saat anak didik mempelajari shalat, dapat dihubungkan dengan pelajaran Al-Quran dan hadits yang berhubungan dengan shalat, dan lain sebagainya.





 



Soal Shalat dibicarakan dalam pelajaran Fiqih
Atau pelajaran Al-Quran
Ekonomi
 
Sejarah
 
Ilmu Hewan
 
                                   

                       
Soal Pelajaran Ekonomi dibicarakan dalam Pelajaran
Sejarah dan Ilmu Hewan
Masuh banyak cara lain  menghubungkan pelajaran dalam kegiatan kurikulum. Kolerasi tersebut dengan memerhatikan tipe kolerasinya, yakni:
a.       Kolerasi okkasional/insidental. Maksudnya kolerasi dilaksanakan secara tiba-tiba atau insidental.
b.      Kolerasi etis, yang bertujuan mendidik budi pekerti sehingga keonsentrasi pelajarannya dipilih pendidikan Agama.
c.       Kolerasi sistematis, yang mana korelasi ini biasanya direncakan oleh guru.
3.      Broad Fields Curriculum
William B. Ragam mengungkapkan enam macam broas fields yang umumnya ditemukan di dalam kurikulum sekolah dasar. Keenam broad fields itu adalah: bahasa, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Sains, Kesehatan dan Pendidikan Olahraga, dan Kesenian.
Phenik mengemukakan lima dasar logikanya yang kemudian menghasilkan lima broad fields berikut:
a.       Symblies: Bahasa, Matematika, dan bentuk-bentuk Simbol Non Diskursif.
b.      Experics: IPA, Sains, Psilokogi, dan Ilmu-ilmu Sosial.
c.       Esthetics: Musik, Seni Lukis, Seni Gerak, Sastra, Agama, dan Lain sebagainya.
d.      Syuneetics: Filsafat, Psikologis, Sastra, Agama, dan lain sebagainya.
e.       Ethics: berbagai aspek moral dan tata adab.
Faududdin & Karya mengemukakan tentang Kurikulum broad fields dalam kaitannya dengan kurikulum di Indonesia. Dia menjelaskan tentang lima macam bidang studi yang meganut broad fields, yaitu:
a.       Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan peleburan dari mata pelajaran ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Kimia, dan Ilmu Kesehatan.
b.      Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan peleburan dari mata pelajarann Ilmu Bumi, Sejarah, Civic, Hukum, Ekonomi, dan sejenisnya.
c.       Bahasa, merupakan peleburan dari matapelajaran Membaca, menulis, mengarang, menyimak, dan pengetahuan bahasa.
d.      Matematika, merupakan peleburan dari Berhitung, Aljabar, Ilmu Ukur Sudut, Bidang, Ruang, dan Statistik.
e.       Kesenian, merupakan peleburan dari seni tari, Seni Suara, Seni Klasik, Seni Pahat, dan Drama. (Abdullah Idi, 2007: 146)
4.      Integrated Curriculum
Integrated curriculum mempunyai ciri yang sangat fleksibel dan tidak menghendaki hasil belajar yang sama dari semua anak didik. Guru, orangtua, dan anak didik merupakan komponen-komponen yang bertanggung jawab dalam proses pengembangannya. Kurikulum  ini  mengalami kesulitan-kesulitan bagi anak didik, terutama apabila dipandnag dari ujia atau tes akhir atau tes masuk yang uniform.
Integrated curriculum juga mementingkan aspek-aspek psikologgi yang berpengaruh terhadap integrasi pribadi individu dan lingkungannya. Kurikulum terpadu, menurut Soetopo & Soemanto, dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yakni:
a.       The Child Centered Curriculum
Maksudnya adalah dalam perencanaan kurikulum, faktor anak menjadi perhatian utama. John Dewey, pada sekolahnya di Universitas Chicago 1986, menciptakan program dengan mengorganisasi pengalaman belajar anak yang berkisar pada emapt pengaruh manusia, yakni: the social impulse, the constructive impluse, the impluse to investigate and to experiment, dan the expressive atau artistic impulse.
b.      The Social Function Curriculum
Maksudnya adalah kurikulum ini mencoba mengeliminasi matapelajaran sekolah dari keterpisahannya dengan fungsi-fungsi utama kehidupan sosial yang menjadi dasar pengorganisasian pengalaman belajar.
c.       The Experience Curriculum
Maksudnya adlh dalam perencanaan kurikulum, kebutuhan anak merupakan perhatian utama. Kurikulum pengalaman akan terjadi jika hanya mempertimbangkan keberadaan anak didik dengan menggunakan pendekatan ­social-fuction.
d.      Development Activity Curriculum
Development activity curriculum, sangat tergantung pada tingka perkembangan anak yang harus dilalui.  Deretan tiap individu anak didik mesti menjadi dasar pertimbangan, tentang kebutuhan, kebiasaan, dan masalah-masalah yang dihadapi siswa yang berkaitan dengan kebudayaan dan lingkungan. Intinya, pengalaman mereka mesti mendapat perhatian (Abdullah Idi, 2007: 149).
e.       Core Curriculum
Istilah core curriculum merujuk pada suatu rencana yang mengorganisasikan dan mengatur bagian terpenting dari program pendidikan umum di sekolah. Faunce & Bossing mengistilahkan core curriculum dengan merujuk pada pengalam belajar yang fundamental bagi peserta didik, karena pengalaman belajar berasal dari: 1) kebutuhan atau dorongan secara individual maupun secara umum; 2) kebutuhan secara sosial dan sebagai warga negara masyarakat demokratis.
Alberty menggunakan core program untuk core curriculum dan general education, yang digunakan secara simultan dalam pendidikan. Alberty mengajukan enam jenis core program, yakni:
a.       Core  yang terdiri dari  sejumlah matapelajaran yang diorganisasikan, diajarkan secara bebas untuk menunjukkan hubungan masing-masing pelajaran tersebut.
b.      Core yang terdiri dar sejumah pelajaran yang dihubungkan antara satu dengan yang lainnya.
c.       Core yang terdiri dari masalah yang luas, unit kerja atau tema yang disatukan, yang dipilih untuk menghasilkan arti mengajar secara tepat dan efektif mengenai isi pelajaran tertentu.
d.      Core yang menampakkan matapelajaran yang dilebur dan diintegrasikan.
e.       Core yang merupakan masalah luas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial, serta masalah minat anak.
f.       Core merupakan unit kerja yang direncanakan oleh siswa dan guru untuk memenuhi kebutuhan kelompok.
5.      Kurikulum Subyek Akademik
Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik , yang berorientasi pada masa lalu, isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli , masing – masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis , logis , dan solid.
Model kurikulum ini adalah model yang tertua sejak sekolah yang pertama berdiri, sampai sekarang walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak biasa melepaskan tipe ini. Mengapa demikian? Kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, dan mudah digabungkan dengan tipe lain.
Para pengembang kurikulum tidak perlu susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Karena kurikulum ini mengutamakan pengetahuan, maka pengetahuan lebih bersifat intelektual. Nama-nama mata pelajaran hampir sama dengan disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, matematika, sejara, dan sebagainya.
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subyek akademis :
a.       Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan, murid–murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta–fakta dan buka sekedar mengingat–ingatnya.
b.      Studi yang bersifat integratif ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model–model pengetahuan yang lebih komprehensif–terpadu.
c.       Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasar mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah matematis. Pelajaran yang lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam kehidup
Ciri – ciri Kurikulum Subyek Akademis
a.       Berl)kenaan dengan tujuan , metode , organisasi isi dan evaluasi
b.      Metode yang digunakan , ekpositori dan enquiri
c.       Organisasi isi antara lain:
1)      Correlated curriculum
2)      Unified atau Concentrated curriculum
3)      Integrated curriculum
4)      Problem Solving curriculum
5)      Evaluasi bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. (Http://suanti-mamonto.blogspot.com/2012/06/macam-macam-model-kurikulum-dan-konsep.html)
6.      Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menentukan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru. Pendidikan humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana yang permisif, rilek, dan akrab. Berkat situasi tersebut anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa, bagaimana merasakan dan bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari linkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistic yaitu pendidikan: konfluen, kritikilisme radikal, dan minikisme modern.
Terdapat beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik, antara lain :
a.       Konfluen, menekankan keutuhan pribadi. Individu merespon secara utuh (pikiran, perasaan, tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Kurikulum Konfluen, menyatukan segi–segi afektif dengan segi–segi kognitif.
b.      Kritikisme Radikal, bersumber dari aliran Naturalisme/Romantisme Rousseau.
c.       Mistikisme Modern, menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti melalui sensitivity traning, yoga, dan sebagainya.
Beberapa ciri kurikulum konfluen :
a.       Partisipasi
b.      Integrasi
c.       Relevansi
d.      Pribadi Anak
e.       Tujuan
Karakteristik Kurikulum Humanistik :
a.       Berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi
b.      Menuntut hubungan yang emosional yang baik antara guru dan murid
c.       Menekankan integrasi
d.      Evaluasi, lebih mengutamakan proses daripada hasil. (Http://suanti-mamonto.blogspot.com/2012/06/macam-macam-model-kurikulum-dan-konsep.htm)
7.      Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan yang lainnya. Kurikilum ini lebih memusatkan pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama. Kerjasama interaksi tidak hanya terjadi pada siswa maupun dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswi, antara siswa dengan lingkungan sekitarnya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui kerjasama ini diharapkan siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sejak 1920-an. Hrold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial.
Di bawah ini ada beberapa desain kurikulum  rekonstruksi sosial yaitu, antara lain:
a.       Asumsi, menghadapkan siswa pada tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang dihadapi manusia. Tantangan tersebut  perlu didekati dari bidang–bidang seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, dll. Hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.
b.      Masalah–masalah sosial yang mendesak.
c.       Pola–pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola oragnisasi disusun seperti sebuah roda, ditengah sebagai poros masalah yang menjadi tema utama, di bahas secara pleno.
Komponen–komponen kurikulum, yaitu:
1)      Tujuan dan isi kurikulum
2)      Metode
3)      Evaluasi
Sedangkan “pelaksanaan pengajaran rekonstruksi sosial”, yaitu  “rekonstruksi sosial” banyak dilaksanakan didaerah yang belum maju dan tingkat ekonominya masih rendah. Pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondidi kehidupan mereka sesuai potensi yang ada dalam masyarakat , biaya dari pemerintah.
8.        Teknologi dan Kurikulum
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dibidang pendidikan berkembang juga teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang lebih besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit dan ahirnya menjadi prilaku-prilaku yang dapat diamati atau diukur.
Pengembangan kurikulum teknologi memiliki beberapa kriteria, yaitu:
a.       Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembangan kurikulum yang lain.
b.      Hasil pengembangan kurikulum yang berbetuk model harus diuji coba ulang dan memberikan hasil yang lebih baik. (Abdurahmansyah, 2008: 108)
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum ada dalam dua bentuk, yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dikenal dengan teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak dikenal dengan teknologi sistem (system tecnoligy).
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan, khusunya kurikulum dalam 2 bentuk yaitu :
a.       Perangkat lunak, disebut teknologi sistem.
Pada bentuk ini pengajaran tidak membutuhkan alat dan media yang canggih , tetapi bahan ajar dan proses pembelajaran disusun secara sistem , alat dan media disesuaikan tetapi tidak terlalu dipentingkan
b.      Perangkat keras, disebut teknologi alat.
Pengajaran disusun secara sistem, dan ditunjang dengan alat dan media pembelajaran. Alat dan media belum terintegrasi dengan progam pembelajaran , bersifat “ on – off
Bentuk lain yang ditawarkan selain 2 poin diatas adalah progam pengajaran telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan pembelajaran dengan alat dan media, misal dalam bentuk kaset audio, video atau film, atau diprogamkan dalam komputer.
Ada beberapa ciri kurikulum teknologi :
a.       Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam perilaku.
b.      Metode, langkah–langkahnya sebagai berikut:
1)      Penegasan tujuan
2)      Pelaksanaan pengajaran
3)      Pengetahuan tentang hasil
4)      Organisasi bahan ajar
5)      Evaluasi.








DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmansyah. 2007. Teori Pengembangan Kurikulum dan Aplikasi. Palembang: CV. Grafika Telindo.
-----------------------. 2008. Teori Pengembangan Kurikulum dan Aplikasi. Palembang: CV. Grafika Telindo.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktik). Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar